KODE-4

Sunday, June 3, 2007

Mengecam Kekerasan TNI-AL













Diambil dari http://rumahkiri.net

Pernyataan Sikap

Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) menyatakan sikap atas penembakan petani di desa Alas Tlogo Kec. Lekok Kab. Pasuruan Jawa Timur oleh TNI-AL tanah-tanah rakyat yang dikuasai oleh militer untuk latihan dan bisnis harus dijadikan objek landreform !!!

Menyikapi rentetan peristiwa konflik agraria yang melibatkan militer, saatnya pemerintah untuk mengevaluasi dan mengambail tindakan tegas terkait dengan penguasaan militer di lapangan agraria, baik untuk kepentingan latihan apalagi untuk kepentingan bisnis militer.

Kasus Pasuruan yang menewaskan empat orang warga Alas Tlogo Kec. Lekok dan melukai delapan orang lainnya yang di antaranya anak berumur lima tahun hanya menambah daftar kekerasan yang dilakukan militer di lapangan agraria.

Dalam catatan KPA, keterlibatan militer dalam sengketa dan konflik agraria di Indonesia merupakan kasus yang cukup tinggi. Dari 1.753 jumlah kasus agraria di Indonesia, sebanyak 59 kasus melibatkan TNI. Konflik agraria yang melibatkan militer dengan warga banyak dilatari oleh pengambil alihan tanah-tanah rakyat untuk kepentingan pembangunan infrastruktur seperti perumahan (home base) dan tempat latihan tempur serta usaha-usaha militer di lapangan agraria baik di sektor perkebunan, kehutanan dan pertambangan.

Keterlibatan militer dalam praktek penyelesaian konflik agraria selama ini, juga kerap menimbulkan kekerasan karena militer lebih menunjukkan perannya sebagai wakil dan "pengawal" dari mesin birokrasi dan modal, dari pada memihaki dan melindungi rakyat yang pada dasarnya berhak atas rasa aman.

Beranjak dari tingginya keterlibatan militer dalam konflik agraria di Indonesia, dan hampir semua konflik itu berujung pada kekerasan dan jatuhnya korban dari pihak rakyat, maka Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) menyatakan sikap sebagai berikut :

  1. Pemerintah segera mengidentifikasi, mengevaluasi dan menertibkan segala bentuk penguasaan tanah dan sumber-sumber agraria oleh militer di lapangan agraria yang sedang dikuasai oleh rakyat. Tidak boleh lagi ada penguasaan tanah oleh militer baik untuk kepentingan latihan perang, pembangunan perumahan (home base) apalagi untuk usaha-usaha di lapangan agraria.
  2. Seiring dengan rencana pemerintah untuk menjalankan reforma agraria, maka tanah-tanah yang dikuasai oleh militer yang berasal dari tanah-tanah rakyat yang penguasaannya diperoleh dari cara-cara kekerasan dan sedang dituntut oleh rakyat agar dijadikan objek land reform dan dikembalikan kepada rakyat.
  3. Sebagai bagian dari proses reformasi TNI/POLRI, maka TNI/POLRI tidak boleh lagi melibatkan diri dalam konflik agraria yang melibatkan rakyat versus pengusaha, warga versus pemerintah dan BUMN. Penggunaan kekerasan dan keamaan (security approach) dalam penanganan konflik agraria tidak akan menyelesaikan konflik agraria dan hanya melahirkan pelangggaran hak asasi manusia seperti penembakan, pembunuhan, penangkapan, intimidasi, dsb.
  4. Untuk mengatasi dan menyelesaikan ribuan konflik agraria di Indonesia, maka diperlukan lembaga khusus penanganan dan penyelesaian konflik agraria yang bersifat komite nasional. Selama ini konflik agraria yang diproses dalam peradilan umum hanya menempatkan rakyat pada pihak yang selalu kalah dan ruang rakyat untuk mengambil kembali tanahnya yang dirampas tidak ada.
  5. Terkait dengan kekerasan dan konflik agraria di Pasuruan, Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) mendesak pemerintah, DPR dan Komnas HAM untuk : 1) mengusut tuntas pelanggaran hak asasi manusia dan menyelesaikan proses hukum dalam mekanisme peradilan HAM bukan dalam peradilan militer. 2) Segera mengembalikan tanah rakyat, dan merelokasi tempat latihan tempur dari tanah-tanah milik rakyat.

Demikian pernyataan sikap ini dibuat untuk mendapat perhatian.

Jakarta, 1 Juni 2007
Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA)

USEP SETIAWAN
Sekretaris Jenderal


Info lebih lanjut, hub :
Idham Asyad, Korbid Kampanye KPA ; 08152542914
Iwan Nurdin, Korbid Advokasi Kebijakan KPA ; 081548061079
Kunjungi : www.kpa.or.id



KORPS MARINIR DINAS PENERANGAN
Sabtu 2 Juni 2007

PENJELASAN DANKORMAR TENTANG KASUS GRATI

Pemberitaan mengenai insiden penembakan di Grati - Pasuruan dirasakan sudah semakin tidak seimbang, dimana pihak-pihak yang sama sekali tidak menguasai tragedi tersebut ikut memberikan (dis) informasi, pendapat, serta menyampaikan opini keliru kepada masyarakat.

  1. Tanpa mengurangi rasa keprihatinan yang mendalam atas jatuhnya korban, juga bukan maksud untuk mempengaruhi proses hukum yang sedang berjalan, namun kami merasa perlu menyampaikan kepada publik fakta-fakta yang terjadi, berdasarkan hasil investigasi Korps Marinir.
  2. Marinir sebenarnya tidak ada kaitan apa-apa dengan masalah pekerjaan lahan. Lahan itu luas sekali, ada sekitar 5.569 hektar.
    Jadi Marinir sebenarnya tidak mengerti soal adanya kerja sama yang seperti apa dan lain-lain. Marinir hanya, bagaimana mereka yang ada di Puslatpur Grati itu menyelenggarakan latihan-latihan terhadap pasukan yang dikirim ke sana.
  3. Marinir setiap hari memang mengeluarkan patroli pengamanan sektor. Tujuannya mengontrol agar rakyat tidak terus menyerobot masuk ke daerah latihan. Mereka itu sering menyerobot dan membuat bangunan-bangunan baru di atas tanah-tanah yang jelas-jelas itu milik TNI AL. Dan itu adalah area dari pusat latihan tempur. Juga mengontrol wilayah jika ada masyarakat yang menemukan granat, menemukan peluru mortir yang belum meledak, ada yang busung. Dan juga kadang-kadang mencegah karena rakyat juga sering-
    sering menebang pohon, ambil kayunya yang ada di Puslatpur, padahal pohon-pohon itu dipelihara untuk latihan untuk berlindung dan sebagainya.
  4. Jadi Marinir tidak melakukan bantuan kepada pihak manapun, kepada pihak swasta, misalnya itu yang sedang menggarap wilayah lahan Grati. Sebab kalau ada maksud untuk membantu seperti itu, tentu mereka datang dengan truk. Lho terus ngapain harus jalan kaki sejauh itu, sedangkan pada kejadian ini Marinir hanya melaksanakan patroli rutin, karena memang setiap hari
    mereka itu patroli. Tapi rutenya berubah-ubah. Jadi patroli berjalan kaki. Sedangkan pada kejadian ini, mereka baru tiba di tempat itu setelah berjalan lebih kurang 4 km, selama 2 jam berjalan. Jadi ini suatu fakta, tidak ada kita mau bantu, apakah katanya Citra Rajawali, Grati Agung, enggak ada urusan dengan itu semua. Marinir hanya jalan, patroli hanya untuk melindungi
    wilayah itu dari tadi yang saya katakan, ada yang menebang pohon, ada yang membangun bangunan-bangunan baru di wilayah lahan-lahan latihan. Itu khan membahayakan.
  5. Perlu diketahui sebenarnya hubungan Marinir dengan anggota masyarakat selama ini cukup dekat. Mereka ceritakan, seminggu sebelum kejadian itu, mereka datang ke Alastlogo karena ada undangan Kepala Desanya, Pak Ilham. Khitanan anaknya, kalau tidak salah. Dan juga sebagian anggota itu tinggal di sekitar Grati itu, berada di sekitar Grati, dan keluarganya juga ada yang tinggal di sekitar atau dekat dengan Alastlogo. Jadi mereka ini adalah orang-orang yang ada di sana, yang memiliki hubungan emosional dengan masyarakatnya.
  6. Seperti yang sudah dijelaskan pada beberapa kali dalam memberikan keterangan bahwa, patroli Marinir tidak di tempat kerumunan massa. Jadi setelah mereka jalan selama 2 jam, mereka tiba di tempat kerumunan massa di batas desa Alastlogo. Dengan tidak merasa curiga apa-apa, Komandan
    Tim Letnan Budi Santoso itu dengan beberapa anggota datang, merapat, mendekati masyarakat, membujuk mereka, buat apa bikin demo, khan kelihatan dari usaha mereka mau demo. Nyatanya usaha ini berhasil, sebagian buyar, ada yang pulang. Namun belum ada sepuluh menit kira-kira hal itu terjadi,
    seperti ada yang mengomando, mereka mulai menyerang, memukul kentongan, teriak-teriak, melempari batu ke arah Marinir. Patroli Marinir ini menghindar dengan cara
    mundur dan menjauhi tempat tersebut tapi terus dikejar, bahkan ada yang mau membacok dengan clurit. Orang yang membacok itu jelas diceritakan oleh anggota kita yang namanya Koptu Totok, orang itu menutup mukanya dengan sorban putih. Dia membacokkan cluritnya dari belakang. Setelah diteriaki oleh teman lainnya, itu dapat ditepis dengan menangkis dengan popor.
    Inilah kondisinya. Jadi anggota saat itu memar-memar, ada yang sudah berdarah di bagian pelipisnya, ada yang memar di lehernya kena batu, ada yang kakinya bengkak, tangan lain-lain di tubuh mereka. Ini semua jelas dan sudah dilakukan visum serta pemeriksaan.
  7. Anggota melakukan tembakan peringatan atas perintah Komandan Tim. Itu tembakan ke atas pada mulanya. Diharapkan massa itu yach berhenti untuk mengejar mereka, tapi nyatanya massa yang sudah lebih dari 300 orang itu terus menyerang dengan berani, dan ada yang meneriakkan di dalam rombongan itu, " Jangan takut, itu peluru bohong, itu peluru hampa, serang terus, jangan takut, kita atau Marinir yang mati!!" Jadi mereka meneriakkan kalimat-kalimat yang heroik begitu. Nah melihat kondisi inilah, untuk bisa meyakinkan massa yang terus maju dengan rapat, terus melempari, mengacung-acungkan clurit, parang, maka ada beberapa anggota yang menembakan senjatanya ke tanah. Mereka tembakkan ke tanah di sekitar tempat mereka dengan model dopping. Khan ada latihan model dopper. Perlu diketahui Marinir-Marinir di Puslatpur ini sebagian besar adalah pelatih-pelatih yang sering melayani latihan pasukan. Jadi mereka itu bisa bertindak sebagai
    Dopper yang menembakkan peluru ke tanah sehingga terjadi kebulan-kebulan tanah atau debu yang memperlihatkan bahwa itu bukan peluru bohongan, itu bukan peluru hampa. Jadi inilah yang kami duga dari akibat mereka tembak ke tanah. Setelah belakangan kita sinyalir bahwa tanah di situ banyak batunya, bebatuan, dari situ terjadi rekoset sehingga ada yang mengenai masyarakat di sekitar tempat kejadian.
  8. Akibat tembakan yang rekoset inilah sebenarnya terjadinya korban, dansetelah jatuhnya korban mereka baru berhenti dan mundur. Rasanya tentang penjelasan rekoset ini bisa dibuktikan dari beberapa hasil rontgen terhadap korban yang kemarin ditayangkan di TV dan tadi juga ditayangkan di TV bahwa proyektil yang ada di tubuh korban adalah serpihan, adalah peluru-peluru atau proyektil yang tidak utuh. Nah inilah yang menunjukkan bahwa bukan peluru-peluru yang ditembakkan langsung, jadi serpihan. Itulah kemarin ditanyakan oleh Metro TV, apa mungkin rekoset bisa mengenai ibu-ibu, anak kecil yang ada di rumah. Justru itu yang semakin fakta bahwa itu rekoset. Karena kalau bukan itu rekoset dan memang itu ditembakan, yach tentunya tidak ditembak ke anak-anak atau ke ibu-ibu. Itulah tandanya bahwa peluru itu tidak terarah, terbang sendiri, melenceng sendiri karena rekoset. Kejadian ini ada beberapa saksi mata yang netral, seperti ada orang-orang yang sedang bekerja di lahan. Dari mereka itu kita mendengar bahwa
    kejadian itu sangat menakutkan karena massa sangat beringas sehingga mereka lari dan bersembunyi. Mereka itu juga mengatakan, kasihan mereka melihat bapak-bapak Marinir dilempari seperti itu.
  9. Dari keterangan yang kami dapatkan di lapangan, kami merasa yakin bahwa kalau tidak dalam keadaan yang sangat memaksa, yang telah sangat mengancam jiwa mereka, para prajurit-prajurit Marinir ini, sebagai prajurit yang terlatih, tidak mungkin melakukan tembakan baik tembakan peringatan ke atas maupun peringatan ke bawah. Mereka menceritakan bahwa yang ada
    di benak mereka saat itu mereka akan menjadi korban seperti rekan-rekan Polri di Papua. Karena begitu kuatnya tekanan, lemparan terhadap mereka, bahkan acung-acung clurit. Walaupun mereka sebenarnya sangat menyesal setelah mereka tahu, bahkan sedih. Kenapa sampai ada jatuh korban dari masyarakat, padahal selama ini mereka sudah cukup baik dengan masyarakat di sekitar tempat itu. Tapi saya juga yakin bahwa korban itu terjadi karena peluru rekoset sebab bila tidak tentu yang tertembak adalah orang-orang yang menyerang mereka, yang menyerang dengan clurit, yang dekat dengan mereka. Tidak mungkin mereka menembak perempuan, anak-anak, seperti yang sudah kita lihat korban sekarang.

  10. Kami telah melakukan langkah-langkah hukum, yang segera bisa kami lakukan. Saat ini mereka telah kita serahkan kepada Polisi Militer. Dan Komandan Puslatpurnya kami ganti agar yang bersangkutan bisa lebih berkosentrasi memberikan kesaksian dan keterangan-keterangan, dan kami juga ingin agar Puslatpur tetap dapat berjalan, kegiatan-kegiatannya untuk melaksanakan latihan-latihan kepada prajurit-prajurit Marinir lain.
  11. Kami terkesan saat ini pemberitaan sangat tidak berimbang, terus menerus media mewawancarai masyarakat yang sudah rata bunyinya. Ada banyak sekali yang tidak masuk akal dari keterangan mereka. Dengan menyatakan, mereka tidak tahu apa-apa, tahu-tahu Marinir menembaki. Ini saya malah mengatakan, coba saja di psikotest anggota kami. Saya yakin mereka itu normal dan tidak ada yang gila seperti itu.

Apalagi tadi saya jelaskan bahwa mereka-mereka yang ke-13 orang ini ditetapkan sebagai tim patroli tetap, karena mereka itu memang orang-orang Pasuruan atau keluarganya ada di Pasuruan, sehingga mereka punya hubungan emosional dengan warga atau penduduk sekitar.

Dan ingat bahwa semua orang tahu bagaimana sikap Marinir selama ini kepada rakyat yang sampai kapan pun itu tidak akan berubah. Sehingga kalau kitalihat, kejadian ini benar-benar kejadian yang sangat memaksa mereka dalam membela diri. Mereka itu juga manusia biasa, punya hak untuk membela diri mereka. Inilah keterangan yang bisa saya berikan untuk sekedar menambah keterangan-keterang an terdahulu yang pernah saya berikan. Terima kasih.

Catatan : Penjelasan tersebut di atas sesuai dengan hasil rekaman asli

Satrio Arismunandar

Producer-News Division, Trans TV, Floor 3
Jl. Kapten P. Tendean Kav. 12 - 14 A, Jakarta 12790
Phone: 7917-7000, 7918-4544 ext. 4026, Fax: 79184558, 79184627

http://satrioarismu nandar6.blogspot .com
http://satrioarismu nandar.multiply. com


1 comment:

  1. setelah era reformasi banyak warga yang semaunya bertindak,tanpa aturan,tanpa hukum.selama ini marinir kayaknya korps yang low profile.kalo sampe nembak pasti karna terpaksa.dan kalo serius nembak,gak cuma 4 orang korbannya,sedesa pasti ditumpas.mereka tentara.jadi mereka pasti bertindak sesuai kondisi di lapangan.

    ReplyDelete