KODE-4

Friday, June 8, 2007

Dee, Peracik Kopi Ulung

OLEH YUKA FIANKA PUTRA
DATA BUKU
Judul : Filosofi Kopi “Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade”
Penulis : Dee
Penerbit : Truedee Books & GagasMedia, 2006
Tebal : xii + 134 hal, : 20,5 cm
“Harum, menyegarkan, nikmat, pahit sekaligus mengandung manis” (FX Rudy Gumawan). “Ruang cerpen yang sempit dijadikan wahana yang intens namun tidak sesak untuk mengungkapkan apa yang tak selalu mampu diicapkan (Manneke Budiman). “Inilah kumpulan prosa yang cakras’ (Goenawan Mohamad).

Dee yang bernama lengkap Dewi Lestari Simangunsong, dulunya lebih banyak dikenal Dee dari grup vokal (RSD) Rida-Sita-Dewi. Pada pertengahan Februari 2001 membuat geger dunia sastra Indonesia. Banyak orang yang mengenalnya sebagai penyanyi, namun mendadak meluncurkan novel berjudul Supernova dengan sub judul “Kesatria Putri Dan Bintang Katuh”. Novel yang peluncurannya Jumat 16 Februari di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, membuat penikmat, kritikus, pengamat dan pembaca sastra gempar dengan olahan sains dan spiritualitas dalam cerita yang dipaparkan secara deskriktif yang membawa kita seakan-akan berada di dalamnya.
Anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Yohan Simangunsong dan almarhumah Tiurlan br Siagian ini disebut-sebut telah melahirkan sesuatu yang baru untuk ukuran sastra Indonesia pada waktu itu, fiksi sains. Yang merupakan pioner pemikiran sastra baru di Indonesia. Dee menutur dengan lancar dan menglir, memberi nilai-nilai ekstetika: dalam karyanya berbicara pada pembaca.
Setelah menulis buku, Dee bergerak sendiri menerbitkan bukunya dengan menggunakan bendera Truedee Books. Dengan alasan “Takut kalau naskah saya diedit”, katanya. Tidak hanya statis dia juga meluncurkan novel kedua dan ketigangnya yang oleh kalangan penikmat sastra disebut Supernova 2 (Akar), dan Sopernova 2.1 (Petir). Yang juga sukses di area identitas baru karya sastra Indonesia.
Dee lahir di Bandung 20 Januari 1976 merupakan seorang sarjana Ilmu Politik dari Universitas Katolik Parahyangan. Setelah terbitan Supernova 2.1(nya) cetakan pertama Oktober 2004, tak banyak hadir kepermukaan ruang baca dan tulis sastra, Ia nampak sibuk dengan masalah keluarganaya, dan halaman terakhir kehidupannya kita ketahui ia telah beragama Budhha bersama suaminya Marsell.
Namun Dee memang manusia yang sering “tiba-tiba”, Februari 2006 (sampai di Padang April 2006) ia meluncurkan Kumpulan Cerita Dan Prosa Satu Dekade dengan judul “Filosofi Kopi”. Buku yang katanya merupakan bantahan bahwa bakat menulisnya merupakan sebuah bakat yang runtuh dari langit. “Menulis merupakan karir yang panjang yang berjalan paralek dengan karir saya yang lain…tidak yang pernah tau apa yang saya kerjakan selain keluarga dan teman-teman dekat” (dee, dalam cuap-cuap penulis).
Dua karyanya Rico de Coro dan Sikat Gigi yang terdapat dalam buku tersebut adalah dua karya yang pernah dipublikasikan, bahkan dalam salah satu situs sastra, Sikat Gigi adalah benih dari Supernova. Ini merupakan pembuktian tersendiri dari bagi Dee bahwa hidup itu memang sebuah proses. “ajarkan aku, melebur dalam gelap tanpa harus lenyap, merengkuh rasa takut tanpa harus surut, bangun dari ilusi namun tak memilih pergi” (Dee, Akar).
Dee yang percaya bahwa karyanya adalah anak jiwa, yang lebih baik dibiarkan bebes dari pada terkurung balam format bahasa liner, menawarkan pada kita pembacanya sesutu yang mengalir lancar dan berbicara: tanpa mengurui. Ia seorang pendeskripsi etnografis yang membawa daya hayal pembaca pada dunia bacaannya. “…pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat, karna aku ingin seiring bukan digiring” (Spasi), …selama ada lima dan bukan empat atau tiga apalagi dua. Selama Nelly hanya bisa menerima tanpa perlu memilih…(Budhha Bar), …berbahagialah, sesungguhnya engkau yang berulang tahun tiap hari (Lilin Merah). Cara bertutur seperyi ini juga akan ditemukan dalam, filosofi kopi, mencari herman, surat yang tak pernah sampai, kunci hati dan semua karya Dee dalam Kumpulan Cerita Dan Prosa Satu Dekade.
Tak salah jika Goenawan Mohamad begitu menyanjung Dee dalam hantarannya “Dee adalah cara bertutur: ia peka pada ritme kalimat….pada momen yang tepat ia menyentuh, mengejutkan, membuat kita senyum, atau mempesona. Dee juga tidak ruet, bahkan rapi, peduli ejaan dan mematuhi gramer…terang benerang, tak berarti tanpa isi yang menjentik kita untuk berfikir”.
Buku yang berisi xii + 134 ham, ;20,5 cm ini, adalah buku yang pantas dibaca oleh siapa saja yang ingin menyentuh dirinya lebih dekat tampa takut kehilangan identitas. Lebih khusunya untuk semua penikmat sastra. Hampir tak ada yang kurang dari apa yang di tawarkan Dee, kecuali harga yang dari truedee books (Rp: 32000) yang tiba-tiba melambung jika dibandingkan buku-buku Dee terbitan truedee books sebelum-sebelumnya.
Dee hadir, dalam karyanya selalu menawarkan pencerahan ia adalah sosok baru dari bangsa yang ini. Peracik kopi ulung, meramu manis, nikmat, menyegarkan namun tidak menghilangkan aroma dan rasa pahit yang menggoda, hingga kita tersadar bahwa “menulis adalah perjalanan menuju kelahiran. Dan karya yang dilahirkan ibarat air yang mengalir bebas dilereng perasaan dan pikiran. Ia bisa tertahan disemak. Ia bisa hinggap di akar yang merambat. Namun ia juga bisa menggelinding lancar untuk melebur dalam samudra luas.” ***
Painan, April 2006
Penulis dari Komunitas KANVAS, aktif juga di Komunitas Labor Antropologi. Menetap di Pasar Baru, Padang. y_yuk011ant@yahoo.co.id

No comments:

Post a Comment