KODE-4

Sunday, June 24, 2007

Dzikrullah: Spirit Islam dalam Musik Elizar Koto


OLEH SAHRUL N, dosen STSI Padangpanjang
Bahasa membicarakan manusia dan manusia membicarakan bahasa. Maksudnya, karena bahasa di dunia ini banyak dan khas serta berbeda-beda, maka bahasa menjadi tanda dan gejala terpenting dalam kehidupan, gejala utama dalam dinamika manusia, dan akar terpokok dalam ilmu pengetahuan. Musik merupakan salah satu media bahasa manusia, saat ini mulai menggeser subjek masalah sebelumnya yaitu alam (kosmosentris), agama (teosentris), dan manusia (antroposentris). Ketiga unsur ini menjadi menyatu dalam bahasa musik yang akan dihadirkan Elizar Koto (sang komposer) pada Minggu tanggal 4 Mei 2003 di sebuah desa yang bernama Pitalah Bungo Tanjung Padangpanjang.

Bermain musik di alam pedesaan yang mengangkat tema keagamaan (dzikrullah) adalah upaya mencapai totalitas karya yang menyatukan tiga unsur kehidupan (alam, manusia, dan agama). Spirit mungkin bisa bermakna “semangat”, akan tetapi spirit bisa juga mewakili kata “spiritual” atau “spiritualitas”. Semua kata itu mengarah pada persoalan jiwa manusia yang selalu resah mencari pemaknaan diri atau mencari cara untuk menyatu dengan alam dan Tuhan sebagai rujukan akhirnya.
Spirit adalah kata pertama yang meninggalkan jejak makna dalam lorong kegelapan ontologis. Kata itu menghubungkan kembali sebuah rangkaian makna, dengan gambaran yang sama. Menjadi oposisi terhadap benda, pada determinasi metafisikal tentang kebendaan di atas subjek yang berbeda-beda dan subjektivitas subjek. Hal ini merupakan serangkaian istilah jiwa, kesadaran, spirit, dan diri. Spirit bukan benda, spirit bukan tubuh, dan hal ini tentunya merupakan determinasi subjektif dari spirit. Bahwa semua pembatasan yang tidak dilibatkan, dan seseorang bisa dengan bebas mengatakan bahwa ini adalah analisis eksistensial.
Musik Elizar Koto yang mengambil elemen dasar tentang tarikat dari ajaran agama Islam Syattariyah merupakan upaya pencarian spiritual tentang Sang Pencipta. Aktivitas pencarian bisa dilakukan lewat zikir, berdo’a, tahlilan, membaca Al-Qur’an, dan berzanji. Ziarah ke makam Syekh Burhanuddin di Ulakan Pariaman merupakan aktivitas kaum Syattariyah yang sarat dengan unsur musikal. Bentuk-bentuk amalan ibadah yang mengandung unsur-unsur musikal ini sekaligus juga dilakukan dalam aktivitas ibadah ritual keagamaan yang berlaku umum bagi masyarakat penganut aliran tarekat Syattariyah di Nagari Pitalah Bungo Tanjung seperti “Barzanji”, “manamat”, “Baratik”, dan “Badoa”.
Elizar Koto sebagai komposer akan menghadirkan empat bagian komposisi musik spiritual yang semuanya berangkat dari pemahamannya terhadap ilmu tarikat serta hakekat dari ajaran Islam Syattariyah. Pada bagian pertama mengambil konsep ajaran sufi, bahwa dalam kehidupan manusia utuh tidak dipisahkan antara yang lahir dengan batin, jasmani dan rohani. Manusia dalam kehidupannya tidak semata-mata menjadi manusia batin dan menjadi pertapa. Manusia harus mempunyai visi yang menyeluruh (totalitas). Dari sudut pandangan sufi, apabila manusia memulainya dari satu ujung, maka akan berakhir pada ujung yang lain. Apabila manusia itu memulainya dengan kesucian lahiriah, maka akan berakhir pada ujung lain dengan menyucian batin. Begitupun sebaliknya, apabila manusia memulainya dengan penyucian batin, maka ujungnya adalah memperhatikan urusan lahir dan persoalan kemasyarakatan.
Pada bagian kedua merupakan ungkapan pemahaman spiritual pada tataran tarikat. Dalam ajaran sufi, tarikat merupakan perjalanan menuju Allah, ia adalah jalan yang semakin sempit, jalan yang hanya cukup dilalui oleh dirinya. Pada tataran ini dilakukan transformasi spiritual. Manusia harus memusatkan diri pada pembersihan hati dan pembebasan diri dari pengaruh nafsu melalui disiplin yang keras serta pengawasan seorang guru. Manusia yang akan melalui tahapan ini merupakan manusia yang siap secara mental atau manusia yang bertul-betul terpilih.
Pada bagian ketiga merupakan bagian yang berada dalam tataran hakekat. Hakekat merupakan inti kebenaran atau tidak ada keraguan. Bicara tentang hakekat tidak bisa dilepaskan dengan syari’at, orang yang memiliki visi dan wawasan, serta keterhubungan dan kesatuan sejati, pada saat mereka melangkah ke dalam syari’at, mereka merasa bahwa mereka telah melangkah ke dalam hakekat batin. Dari sisi pandang sufi, apabila manusia sedang mencari kedalaman makna dan transformasi dalam hidupnya, maka pada saat ia menerima syari’at, manusia tersebut segera menyadari makna batin dan ruhnya.
Bagian yang terakhir atau bagian yang keempat merupakan ungkapan tentang pemahaman spiritual pada tataran ma’rifat, yang merupakan titik kulminasi dari perjalanan ibadah spiritual, pada tataran ini manusia telah kehilangan egonya. Segala perbuatannya berlandaskan kehendak Allah. Tidak ada satupun pekerjaannya yang dilakukan atas keinginannya sendiri. Ia sepenuhnya menjadi hamba Allah.
Spirit dalam kata ini merupakan ruh dan jiwa dan upaya pencarian eksistensial. Langkah manusia terdesak oleh batasan pertanyaan yang “Ada”, guna menafsirkan “Siapa” dari jiwa atau ruh yang menciptakan manusia. Sebagai sebuah alasan, banyak yang mengkritik, mempertentangkan substansialitas jiwa, pembendaan kesadaran atau objektivikasi. Dan seseorang masih menentukan secara ontologi “Siapa” sebagai subjek yang bereksistensi. Istilah spirit, spiritual atau spiritualitas dalam hal ini mempengaruhi subjektivikasi terhadap substansi eksistensi itu sendiri.
Musik Elizar Koto adalah musik yang berupaya mencari spirit, spiritual, ataupun spiritualitas manusia lewat pemahaman agama Islam Syattariyah. Pencarian eksistensi manusia yang berhubungan dengan eksistensi Allah dan eksistensi alam, maka kata spirit tidak hanya bermakna “semangat”, akan tetapi juga ruh atau jiwa yang melatarbelakangi kehidupan manusia secara umum.***

No comments:

Post a Comment