KODE-4

Tuesday, May 22, 2007

Sekolah (tidak) untuk Semua

OLEH SUDARMOKO
Hari-hari terakhir ini, para murid sekolah dasar dan lanjutan telah mendapatkan hasil dari proses bergurunya selama ini. Sebagian besar murid telah mencari dan diterima di sekolah yang lebih tinggi. Sebagian yang lain juga telah mengikuti ujian untuk memperebutkan kursi di perguruan tinggi.

Bagi mereka yang masih belum masuk sekolah, inilah saatnya bagi para orang tua untuk mencarikan sekolah bagi anak-anak mereka. Banyak sekolah dasar yang menolak menerima murid lagi karena sudah melebihi quota. Sebagian orang tua menangis karena anaknya tidak diterima. Mereka mencari sekolah-sekolah lain, yang mungkin masih ada peluang, meski jauh dari tempat tinggalnya, lebih mahal ongkosnya, dan tak banyak pilihan untuk saat-saat seperti ini.
Seperti inilah kondisi yang ada. Sebagian sekolah dasar telah berubah menjadi toko karena kekurangan murid. Yang akhirnya ditutup dan dialihfungsikan. Sementara untuk saat-saat tahun ajaran baru para orang tua seperti kekurangan sekolah untuk anak-anak mereka. Dunia pendidikan memang masih menyisakan banyak persoalan. Selain masalah kualitas, sistem, dan dukungan dana yang tersedia dari pengelola dan dinas pendidikan.
Pendidikan menjadi signifikan karena hampir semua orang percaya bahwa melalui pendidikanlah kualitas hidup ditentukan. Dan pendidikan formal menjadi pilar utama dalam persoalan ini. Orang tidak lagi melihat bagaimana proses dan sistem yang berlangsung di sekolah begitu tiba saatnya bagi mereka untuk memasukkan anak-anak mereka ke sekolah. Mereka harus bertarung untuk mendapatkan kursi bagi anak-anak mereka di sekolah-sekolah yang dianggap unggul dan bagus kualitasnya. Dan pertarungan itu lebih banyak diakhiri dengan air mata karena gagal untuk mendapatkan kursi.
Keadaan ini masih terus terjadi di semua level. Mereka yang baru saja atau beberapa tahun menamatkan pendidikan tinggi juga segera berhadapan dengan realitas pertarungan lain, mencari kerja, menunggu pengumuman penerimaan cpns, melihat-lihat pengumuman lowongan kerja, dan sebagainya. Dan pendidikan menjadi salah satu barometer penting di dalamnya, antara lain dengan pengaturan formasi disesuaikan dengan pendidikan yang dicapai oleh pelamar. Misalkan saja, untuk menjadi pegawai di pemda, yang dibutuhkan adalah ijazah smu, sehingga mereka yang bahkan sudah lulus perguruan tinggi juga harus menyimpan dulu ijazahnya, cukup dengan memasukkan ijazah smunya. Untuk menjadi tenaga pengajar, harus menyertakan ijazah perguruan tingginya. Dan seterusnya.
Dan kualitas pendidikan, ternyata tidak harus sesuai dengan realitas bursa tenaga kerja. Pendidikan untuk kecerdasan dan ilmu pengetahuan. Tenaga kerja adalah masalah lembar ijazah. Pandai dan berpandai-pandai menjadi berbeda penerapannya. Sedikit dari yang pandai dapat berpandai-pandai, apa lagi kalau kepandaian itu diikuti dengan permainan cantik dalam mengikuti aturan main.
Sekolah dan pendidikan masih menjadi persoalan kita. Persoalan yang kita cintai karena kita semua berhadapan dengannya, dan juga menimbulkan kemabukan yang lain karena dari waktu ke waktu kita menghadapi persoalan yang sama. Di sisi lain, juga masih menjadi ladang basah bagi bisnis yang ada di dalamnya. Tidak sedikit uang yang beredar di dalamnya, mulai dari pengadaan buku teks, guyuran bantuan pemerintah, lembaga donor, pungutan-pungutan dari orang tua murid, dan masih banyak yang lain.
Bagi pemerintah, katakanlah dalam wilayah Sumatra Barat, pendidikan masih menjadi ukuran serius dalam pembangunan yang dijalankannya. Dan pendidikan menjadi ambisi dan impian yang terus diupayakan untuk digapai. Sementara bagi guru-guru, sumbangan yang mereka berikan sudah sepantasnya untuk diapresiasi, setelah sekian tahun mengabdi, setelah sekian banyak murid mentas dari sekolah dan menjadi apa saja. Dan selamat memasuki tahun ajaran baru bagi kita semua. Siapkan saja diri dan hitung-hitung tabungan yang ada, karena pendidikan sangat mahal biayanya. Tidak ada pendidikan murah, tidak ada jaminan setelah selesai sekolah akan ada kerja yang pasti, dan yang jelas, pendidikan masih belum untuk semua orang, karena kewajiban sekolah adalah untuk mereka yang memiliki biaya.*
Sudarmoko, bergiat di Komunitas Langkan Budaya Padang

No comments:

Post a Comment