Maestro Seni Musik Kontemporer Minang
Yusaf Rahman, lahir tanggal 4 Juni 1933, di Muaro Labuah, Sumatra Barat. Kampung kecilnya bernama Kampung Lurah Pasar Muaro Labuah (sekarang dikenal dengan Pasar Muaro Labuah). Yusaf, anak sulung dari dua belas bersaudara. Ayahnya seorang mantri kesehatan (juru rawat kelas satu) dan juga pemain biola. Ibunya yang bernama Badariah juga mahir memainkan kecapi, walau di zaman itu jarang sekali perempuan bisa bermain alat musik.
Darah seni kedua orang tua itulah yang diwarisinya. Bakat yang kemudian berkembang dengan belajar secara otodidak. Yusaf mencoba menggunakan sendiri berbagai alat musik tanpa guru. Walau dulunya kuliah di Fakultas Pertanian, kemampuan, wawasan, dan pengetahuannya dalam bidang komposisi musik, tak diragukan lagi. Musiklah yang dicintainya.
Dengan tangga nada diatonis talempong bisa mengiringi musik modern. Hingga kini, semua grup musik tradisional Minangkabau memainkan talempong dengan tangga nada diatonis. Beliau juga mengembangkan teknik pembuatan alat musik yang akurat nadanya serta mengembangkan cara memainkan musik modern agar menghasilkan suara alat musik tradisional.
Selain bermain musik, Yusaf juga menciptakan lagu-lagu Minang, Jepang, lagu nasional dan beberapa lagu perguruan tinggi di Sumatra Barat. Sejak tahun lima puluhan Yusaf telah berkarya. Di zaman perang PRRI pun beliau masih mencipta lagu, yaitu lagu “Hiasan Desa”. Waktu itu beliau terinspirasi oleh suara burung di Hutan Maek, Kabupaten Lima Puluh Kota.
Lagu-lagu lain yang diciptakannya antara lain; Indak Kabarulang, Kelok Sambilan, Lindok-lindok, Perak-perak, Takana Bundo (Rusuah Hati), Usah Diratok’I, Taserak Kasiah di Bukik Tinggi, Indahnya Alam Neg’ri Moyangku, Indonesia-Malaysia, Dendang Tahniah, Kota Bersaudara, Payung Terkembang, Seri Menanti, ASMI Padang, Himne Universitas Bung Hatta, YPTK Padang, Indonesia Persada Tercinta. Lagu Jepang yang beliau ciptakan antara lain; Kwo wa Owakare (Saatnya Berpisah), Mata Aimasyo (Sampai Berjumpa Lagi) dan Nihon wa Utsukusu (Jepang Yang Indah).
Lagu Payung Terkembang dan Indahnya Alam Negeri Moyangku merupakan lagu permintaan Datuk Samad Idris Menteri Belia dan Sukan Malaysia yang masih keturunan Pagaruyung. Rasa cinta Yusaf terhadap tanah air juga terlukiskan dalam lagu Hiasan Desa dan Rusuah Hati.
Guru Musik yang Beda

Salah seorang murid Yusaf Rahman yang dikenal sebagai seniman musik dan pencipta lagu-lagu Minang bernama Asnam Rasyid. Asnam mengenal beliau sejak tahun 1968 ketika Yusaf pergi ke Malaysia sebagai pemimpin tim Muhibah Kesenian Sumatra Barat. Kebetulan Kakak dari Asnam ikut dalam tim yang dipimpin Pak Cap, panggilan Yusaf Rahman bagi murid-muridnya dan orang-orang yang mengenalnya. Namun Asnam baru belajar musik dengan Yusaf pada tahun di Bukittinggi. Yusaf mengajar tentang partitur dan ilmu musik. Dalam mengajar, murid-murid beliau dituntut mencari sendiri pengetahuan dan ketrampilan, selain yang beliau ajarkan. Banyak seniman yang “menjadi” di bawah bimbingan beliau. Yusaf dan Asnam pernah menggarap musik dari lagu “Dendang Tahnia”
Informal yang Bersahaja





Waktu pertama diminta sebagai pengajar di Malaysia (professor tamu) beliau mengajar musik tardisional. Suatu waktu, Dekan mengajak Pak Cap melihat peralatan marching band dan beliau memainkan semua alat musik modern yang ada di sana . Karena kemampuan beliau memainkan berbagai alat musik modern, beliau akhirnya dipercaya mengajar alat musik modern. Dari tahun 1993 sampai 1997 Yusaf Rahman menjadi dosen tamu di Universitas Utara Malaysia .
Beliau juga mengenal budaya dan tradisi berbagi suku dan bangsa. Bisa berbicara dalam beberapa bahasa asing dan bahasa-bahasa daerah seperti bahasa Aceh, Melayu, Mandailing dan Nias.
Pak Cap menikah dengan Sovyani pada tanggal 23 Agustus 1964. Istri tercinta juga seorang seniman tari. Selama perjalanan rumah tangga mereka, Yusaf sering membantu Sovyani menciptakan musik untuk tari garapannya. Pernikahannya dengan Sovyani dikaruniai lima orang putri dan satu orang putra.
Yusaf sangat mencintai keluarganya. Salah satu lagu yang diciptakannya, konon terinspirasi karena kecintaan beliau kepada sang istri. Beliau juga penuh kasih sayang terhadap anak-anaknya. Menurut seorang putri beliau, kalau anak-anaknya pulang sekolah dengan wajah cemberut karena gagal ujian matematika beliau mengajak mereka bermain musik, karena baginya musik bisa menenangkan dan menghibur hati yang gundah.
Pada tahun dua ribu-an beliau mulai diserang penyakit jantung. Ketika sering terjadi gempa di Padang , beliau meminta untuk tinggal di Bandung bersama anaknya. Beliau khawatir, seiring usia senja tubuhnya semakin lamban saat berlari menghindari bencana. Akhirnya beliau meninggal di Kota Bandung pada tanggal dan dilepaskan dengan duka yang mendalam banyak pihak. Namun beliau sudah berpesan sebelumnya agar jangan bersedih dengan kepergian beliau, seperti syair yang ditulisnya “Usah Dirato’i”.

No comments:
Post a Comment