I. Tahun 1966
memang, hidup mesti dijatah: dari surga hingga bibir neraka
tapi pada sikap, kita menelentangkan siksa tapak kaki jika rumit dibagi
sealir diri pada garis halus dan nisbi
tak selamanya terpuasi
sebeda apapun cara berdiri
ia ada pada pusar angin: tercipta
II. Tahun 1977
saksi tak wujud: memangkas apa yang berdiri dalam makna
kadang ia gagap dipinggir buku
dalam tanah aku membaca kembali
yang sudah-sudah: sebatas itu saja. tak lebih
:“tapi ada kelemahan yang harus disertakan.”
III. Tahun 1988
luka pada realitas
tidak tersembuhkan saat matahari berjanji tidak terbit
menduga-duga apa yang dibisikkan
seolah melenturkan urat yang dimakan usia
IV. Tahun 1999
ketentuan yang kita cakapkan tentang labirin
telah terjawab tadi pagi
tapi itu seperti yang kubayangkan
meletihkan jiwa
eh, kadang ia jadi kekuatan dalam bias gumpal
ia selimuti luka-luka
tapi tak pernah menyudahi salam yang terberi
sampai di situ: apa yang tidak bisa dimaafkan?
V. Tahun …
tadi pagi ia diseret ke rumah sakit
memenggal labirin-labirin pendosa
untuk membangun gundukan tanah
Padang, 17 Agustus 1999-2002
No comments:
Post a Comment