Aku tak mampu tikamkan belati saat tabir kusimbah di atas derai tangis bayi-bayi,
dan pengamen tiupkan bunyi amarah di pintu rumah, real estat, dan jejak penguasa,
mata belati singkirkan bara, tak bisa padamkan dendam yang dibalut besi baja, semen, tanah, hutan, kertas, jas, dan dasi.
aku lontarkan dosa-dosa, keluh-kesal, pes, sampar, malaria, aids, kemiskinan, telenovela, opera sabun, kuis, perang, demonstrasi, amplop, sinetron, pidato, rasa kantuk, dan makana lezat,
ke meja-meja dan mimbar gedung
terus dilanjutkan dengan talk show, temu wicara, asah terampil, ke safari ramadhan, kunjungan kenegaraan, hingga seorang nenek diperkosa ramai-ramai.
Tak henti ia datang ke keluargaku.
Padang, 1990-2003
tidak adakah puisi terbarumu mas nasrul azwar?
ReplyDelete