Kunjungan wisman pada Februari
lalu tercatat 702.666 orang sehingga total kedatangan wisman dalam dua bulan
pertama (Januari-Februari) 2014 naik menjadi 1.455.745 orang atau tumbuh 12,61%
dibandingkan periode yang sama pada 2013 sebesar 1.292.743 orang. Peningkatan
ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan sepanjang 2013 sebesar
9,4%.
“Trendnya terlihat cukup bagus
dan diharapkan bisa lebih baik lagi untuk bulan-bulan ke depan sehingga target
kunjungan wisman 9,3 juta -9,4 juta tahun ini bisa tercapai, bahkan ada peluang
untuk terlampaui,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf)
Mari E. Pangestu.
Menurut Menteri, dari data yang
ada selama ini kunjungan wisman dari bulan ke bulan memang cenderung berfluktuatif.
Seperti terlihat pada Februari lalu, dibandingkan kunjungan wisman bulan
sebelumnya (Januari) 753.079 orang maka terjadi penurunan 6,6%. Namun,
dibandingkan dengan Februari 2013 angkanya lebih besar 3,57% atau sebanyak
678.415 wisman, sehingga secara keseluruhan trendnya tetap meningkat.
“Bahkan dibandingkan jumlah
kunjungan wisman pada tahun-tahun sebelumnya, capaian Februari 2014 jauh lebih
baik dan merupakan rekor tersendiri,” kata Menteri.
Menurut Menteri, sektor
pariwisata mengalami kendala cukup besar sepanjang Februari lalu terutama
terkait masih berlanjutnya bencana Gunung Sinabung dan meletusnya Gunung Kelud
yang menyebabkan sejumlah bandara yang merupakan bagian dari pintu masuk utama
wisman ditutup beberapa hari, seperti Juanda (Surabaya), Adi Sucipto
(Yogyakarta), Adi Sumarno (Solo), Ahmad Yani (Semarang), dan Husein
Sastranegara (Bandung).
Sejumlah kegiatan promosi dan
sejumlah event internasional terkait industri kreatif sepanjang Februari,
antara lain Indonesia Fashion Week dan Java Jazz Festival, cukup memberikan
kontribusi terhadap kedatangan wisman.
“Ini menunjukkan sinergi antara
perkembangan industri kreatif dan pariwisata,” kata Menteri.
Di samping itu, peningkatan
seat capacity untuk rute penerbangan langsung ke Indonesia ikut mendukung
pertumbuhan kunjungan wisman. Untuk penerbangan bagi wisman Timur Tengah
misalnya, seat capacity naik 13,5% dari 1.789.528 seats menjadi 2.031.276 seats
dalam setahun. Begitu juga dengan penerbangan bagi wisman RTT, seat capacity
penerbangan dari berbagai kota negara ini ke Indonesia meningkat secara
signifikan sebesar 34,74% dari 435.344 seats menjadi 586.812 seat.
Sementara itu, seat capacity
untuk wisman dari Korsel naik 31,63% dari 465.348 seats menjadi 612.560 seats,
dan dari Filipina naik 50% dari 16.224 seats menjadi 24.336 seats.
Melihat trend peningkatan seat
capacity dalam dua bulan terakhir, Menteri optimis bahwa pertumbuhan kunjungan
wisman sepanjang tahun ini akan lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2013.
“Kondisi pasar global maupun
iklim dalam negeri yang kondusif akan mendukung peningkatan kunjungan. Kita
boleh berharap, prospek pariwisata, termasuk ekonomi kreatif akan lebih baik
lagi,” katanya.
Menparekraf memberikan
perhatian terhadap perkembangan positif pada trend pasar saat ini, khususnya
peningkatan aksesibilitas dan kualitas sumber daya manusia dan persepsi yang makin baik terhadap Indonesia.
Berdasarkan laporan The World Travel & Tourism Council (WTTC), Menteri
mengatakan bahwa peran pariwisata semakin signifikan dalam perekonomian global.
Tahun 2013, pasar pariwisata dunia sudah mencapai US$ 7 triliun, dan pada 2014
pertumbuhan diperkirakan bisa mencapai 4,2%.
Indonesia dinilai sebagai
negara yang berhasil memanfaatkan momentum itu, sehingga dalam kelompok G20
Indonesia termasuk salah satu negara dengan pertumbuhan pariwisata tinggi. WTTC
memperkirakan tahun 2014 ini Indonesia berpeluang mencapai pertumbuhan
kunjungan wisman 14,2% dan wisnus 6,3%. Kontribusi sektor pariwisata terhadap
perekonomian diperkirakan bisa mencapai 8,1%. “Jadi peluang kita untuk mencapai
proyeksi tersebut memang cukup terbuka, karena daya saing pariwisata Indonesia
terus membaik. Apalagi persepsi terhadap Indonesia kini makin positif,”
katanya.
Menurut Menteri, dalam jangka
pendek Indonesia berpeluang untuk menarik lebih banyak wisman asal RRT, yang
sekarang merupakan pasar wisman terbesar di dunia dan masyarakatnya akan terus
mencari destinasi alternatif.
Persepsi
Membaik
Berdasarkan hasil sejumlah
survei lembaga internasional, persepsi terhadap Indonesia juga mengalami
perkembangan positif. Lembaga rating internasional terkemuka seperti Ficth
Rating, Rating and Investment Information. Inc, Japan Credit Rating Agency,
Standard and Poor’s (S&P), Modys Investor Servise telah menempatkan
Indonesia sebagai negara tujuan investasi jangka panjang (investment grade).
Fitch Ratings mengumumkan pada
bulan November 2013, memperkuat peringkat Indonesia menjadi BBB- dengan outlook stabil. Sebelumnya, Oktober
2013 lembaga Rating and Investment Information Inc. juga memberikan penilaian
BBB-/ stable outlook. Begitu juga dengan Japan Credit Rating Agency Ltd. pada
Juli 2013 memberikan peringkat BBB- with stable outlook untuk Indonesia.
Dua lembaga rating lainnya
S&P dan Moody’s sejak 2012 lalu tetap mempertahankan rating Indonesia di
posisi yang aman untuk investasi jangka panjang, masing – masing dengan
penilaian BB+ level for long-term dan Baa3 with stable outlook.
Hasil survei terbaru oleh Japan
Bank International Corporation (JBIC) menyebutkan, Indonesia berada dalam
peringkat tertinggi dalam persepsi pelaku bisnis global sebagai negara tujuan
investasi dalam jangka menengah atau sekitar 3 tahun ke depan. Dalam survey
JIBC yang melibatkan 488 pelaku usaha sebagai responden pada 2013 lalu, meminta
responden untuk memilih 5 negara yang dinilai memberi prospek investasi yang
layak dipertimbangkan dalam jangka waktu lebih 3 tahun ke depan.
Hasilnya, 219 responden (44,9%)
memasukan Indonesia sebagai negara pilihan yang layak dipertimbangkan. Hasil
survei membuat peringkat Indonesia naik dari
peringkat tiga ke peringkat pertama dimana sebelumya diduduki oleh RRT.
Di posisi kedua India 43,6%; ketiga
Thailand 38,5%; keempat RRT 37,5%; dan kelima Vietnam 30,3%.
Sementara itu, berdasarkan data
The Travel and Tourism Competitiveness Index yang dilansir World Economic Forum
(WEF) 2013, daya saing pariwisata Indonesia mampu naik empat peringkat.
Indonesia juga menonjol di kategori culture and heritage (budaya dan warisan
sejarah) dan rich natural resources (kekayaan dan keindahan alam). Untuk faktor
harga, Indonesia dipandang sebagai destinasi yang berdaya saing karena value
for money berada pada peringkat 9 dalam daya saing harga dari 140 negara yang
diteliti WEF.
Trend lain yang juga
menguntungkan Indonesia adalah semakin tingginya minat wisatawan terhadap
perjalanan wisata budaya. Seperti dilaporkan dalam Economic Creative Report
2013: Widening Local Development Pathway yang diterbitkan oleh UNESCO dan UNDP
bahwa dalam tataran global saat ini sedang berlangsung trend dimana warisan
budaya kini menjadi aset yang semakin berharga dan makin menyatu dengan
pariwisata.
Sebagai negara yang kaya dengan
ragam budaya dan peninggalan budaya, trend ini memberikan peluang bagi
Indonesia untuk lebih mengintegrasikan ekonomi kreatif berbasis budaya sebagai
daya tarik pariwisata untuk lebih mendorong pertumbuhan perekonomian nasional,
terutama bagi usaha skala kecil dan menengah.
Trend gaya hidup ekonomi hijau
(ramah lingkungan) yang makin meningkat memberi prospek yang lebih cerah bagi
Indonesia, mengingat kekayaan dengan keragaman hayati serta masyarakat adat
untuk mengembangkan wisata alam dan ekowisata.
Berbagai perkembangan positif
tersebut juga terlihat sudah diantipasi oleh sejumlah pelaku industri
pariwisata seperti terlihat pada pertumbuhan nilai investasi. Tahun 2013 lalu,
investasi di sektor pariwisata mencapai US$ 602,648 juta terdiri atas US$
462,47 juta dalam bentuk PMA dan US$ 140,18 juta dalam bentuk PMDN. Sebagian
besar diperuntukan pembangunan hotel dan restoran.
Beberapa contoh investasi yang
sedang dan akan dilakukan dalam mengantisipasi meningkatnya permintaan,
termasuk di second dan third tier cities adalah antara lain tiga operator dalam
negeri (Grup Santika Hotel, Tauzia Hotel dan Dafam Hotel) tercatat sebagai
operator nasional yang agresif melakukan ekspansi. Rencananya, operator ini
akan menambah 140 jaringan hotel mereka sampai 2015 mendatang.
Operator asing Carlson Rezidor
bersama mitranya PT Panorama Group merencanakan memperluas jaringannya dengan
membangun 20 hotel baru dalam 5 – 7
tahun ke depan. Empat di antaranya mulai direalisasikan pada tahun ini di
Lampung, Bali, Makassar dan Bandung, dengan nilai investasi sekitar US$ 250
juta.
Disamping itu, operator asing
yang bekerja sama dengan sejumlah investor dalam negeri juga melakukan
ekspansi. Saat ini sudah ada 76 Hotel
Aston, termasuk Aston Belitung yang baru saja diresmikan, dan direncanakan 150 lagi
dalam 3 – 5 tahun kedepan. Sedangkan
Accor group yang sudah beroperasi selama 20 tahun di Indonesia dan
mengoperasikan 70 hotel di 24 kota di Indonesia akan mentargetkan 100 hotel
atau 20.000 kamar pada tahun 2015.
Sumber: http://www.parekraf.go.id
No comments:
Post a Comment