Berdasarkan
hasil sejumlah survei lembaga internasional, persepsi terhadap Indonesia juga
mengalami perkembangan positif. Lembaga rating internasional terkemuka seperti
Ficth Rating, Rating and Investment Information. Inc, Japan Credit Rating
Agency, Standard and Poor’s (S&P), Modys Investor Servise telah menempatkan
Indonesia sebagai negara tujuan investasi jangka panjang (investment grade).
Fitch
Ratings mengumumkan pada bulan November 2013, memperkuat peringkat Indonesia
menjadi BBB- dengan outlook stabil. Sebelumnya, Oktober
2013 lembaga Rating and Investment Information Inc. juga memberikan penilaian
BBB-/ stable outlook. Begitu juga dengan Japan Credit Rating Agency
Ltd. pada Juli 2013 memberikan peringkat BBB- with stable outlook untuk
Indonesia.
Dua
lembaga rating lainnya S&P dan Moody’s sejak 2012 lalu tetap mempertahankan
rating Indonesia di posisi yang aman untuk investasi jangka panjang, masing –
masing dengan penilaian BB+ level for long-term dan Baa3 with
stable outlook.
Hasil
survei terbaru oleh Japan Bank International Corporation (JBIC) menyebutkan,
Indonesia berada dalam peringkat tertinggi dalam persepsi pelaku bisnis global
sebagai negara tujuan investasi dalam jangka menengah atau sekitar 3 tahun ke
depan. Dalam survey JIBC yang melibatkan 488 pelaku usaha sebagai responden
pada 2013 lalu, meminta responden untuk memilih 5 negara yang dinilai memberi
prospek investasi yang layak dipertimbangkan dalam jangka waktu lebih 3 tahun
ke depan.
Hasilnya,
219 responden (44,9%) memasukan Indonesia sebagai negara pilihan yang layak
dipertimbangkan. Hasil survei membuat peringkat Indonesia naik dari
peringkat tiga ke peringkat pertama dimana sebelumya diduduki oleh RRT.
Di posisi kedua India 43,6%; ketiga Thailand 38,5%; keempat RRT 37,5%; dan
kelima Vietnam 30,3%.
Sementara
itu, berdasarkan data The Travel and Tourism Competitiveness Index yang
dilansir World Economic Forum (WEF) 2013, daya saing pariwisata Indonesia mampu
naik empat peringkat. Indonesia juga menonjol di kategori culture and heritage(budaya
dan warisan sejarah) dan rich natural resources (kekayaan dan
keindahan alam). Untuk faktor harga, Indonesia dipandang sebagai destinasi yang
berdaya saing karena value for money berada pada peringkat 9
dalam daya saing harga dari 140 negara yang diteliti WEF.
Trend
lain yang juga menguntungkan Indonesia adalah semakin tingginya minat wisatawan
terhadap perjalanan wisata budaya. Seperti dilaporkan dalam Economic Creative
Report 2013: Widening Local Development Pathway yang diterbitkan oleh UNESCO
dan UNDP bahwa dalam tataran global saat ini sedang berlangsung trend dimana
warisan budaya kini menjadi aset yang semakin berharga dan makin menyatu dengan
pariwisata.
Sebagai
negara yang kaya dengan ragam budaya dan peninggalan budaya, trend ini
memberikan peluang bagi Indonesia untuk lebih mengintegrasikan ekonomi kreatif
berbasis budaya sebagai daya tarik pariwisata untuk lebih mendorong pertumbuhan
perekonomian nasional, terutama bagi usaha skala kecil dan menengah.
Trend
gaya hidup ekonomi hijau (ramah lingkungan) yang makin meningkat memberi
prospek yang lebih cerah bagi Indonesia, mengingat kekayaan dengan keragaman
hayati serta masyarakat adat untuk mengembangkan wisata alam dan ekowisata.
Berbagai
perkembangan positif tersebut juga terlihat sudah diantipasi oleh sejumlah
pelaku industri pariwisata seperti terlihat pada pertumbuhan nilai investasi.
Tahun 2013 lalu, investasi di sektor pariwisata mencapai US$ 602,648 juta terdiri
atas US$ 462,47 juta dalam bentuk PMA dan US$ 140,18 juta dalam bentuk PMDN.
Sebagian besar diperuntukan pembangunan hotel dan restoran.
Beberapa
contoh investasi yang sedang dan akan dilakukan dalam mengantisipasi
meningkatnya permintaan, termasuk di second dan third
tier cities adalah antara lain tiga operator dalam negeri (Grup
Santika Hotel, Tauzia Hotel dan Dafam Hotel) tercatat sebagai operator nasional
yang agresif melakukan ekspansi. Rencananya, operator ini akan menambah 140
jaringan hotel mereka sampai 2015 mendatang.
Operator
asing Carlson Rezidor bersama mitranya PT Panorama Group merencanakan
memperluas jaringannya dengan membangun 20 hotel baru dalam 5 – 7 tahun
ke depan. Empat di antaranya mulai direalisasikan pada tahun ini di Lampung,
Bali, Makassar dan Bandung, dengan nilai investasi sekitar US$ 250 juta.
Di samping
itu, operator asing yang bekerja sama dengan sejumlah investor dalam negeri
juga melakukan ekspansi. Saat ini sudah ada 76 Hotel Aston, termasuk
Aston Belitung yang baru saja diresmikan, dan direncanakan 150 lagi dalam 3 – 5
tahun kedepan. Sedangkan Accor group yang sudah beroperasi selama 20
tahun di Indonesia dan mengoperasikan 70 hotel di 24 kota di Indonesia akan
mentargetkan 100 hotel atau 20.000 kamar pada tahun 2015.
Kunjungan Wisatawan Meningkat
Kunjungan
wisman pada Februari lalu tercatat 702.666 orang sehingga total kedatangan
wisman dalam dua bulan pertama (Januari-Februari) 2014 naik menjadi 1.455.745
orang atau tumbuh 12,61% dibandingkan periode yang sama pada 2013 sebesar
1.292.743 orang. Peningkatan ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan sepanjang 2013 sebesar 9,4%. “Trendnya terlihat cukup bagus dan
diharapkan bisa lebih baik lagi untuk bulan-bulan ke depan sehingga target
kunjungan wisman 9,3 juta -9,4 juta tahun ini bisa tercapai, bahkan ada peluang
untuk terlampaui,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf)
Mari E. Pangestu.
Menurut
Menteri, dari data yang ada selama ini kunjungan wisman dari bulan ke bulan
memang cenderung berfluktuatif. Seperti terlihat pada Februari lalu,
dibandingkan kunjungan wisman bulan sebelumnya (Januari) 753.079 orang maka
terjadi penurunan 6,6%. Namun, dibandingkan dengan Februari 2013 angkanya lebih
besar 3,57% atau sebanyak 678.415 wisman, sehingga secara keseluruhan trendnya tetap
meningkat. “Bahkan dibandingkan jumlah kunjungan wisman pada tahun-tahun
sebelumnya, capaian Februari 2014 jauh lebih baik dan merupakan rekor
tersendiri,” kata Menteri.
Menurut
Menteri, sektor pariwisata mengalami kendala cukup besar sepanjang Februari
lalu terutama terkait masih berlanjutnya bencana Gunung Sinabung dan meletusnya
Gunung Kelud yang menyebabkan sejumlah bandara yang merupakan bagian dari pintu
masuk utama wisman ditutup beberapa hari, seperti Juanda (Surabaya), Adi
Sucipto (Yogyakarta), Adi Sumarno (Solo), Ahmad Yani (Semarang), dan Husein
Sastranegara (Bandung).
Sejumlah
kegiatan promosi dan sejumlah event internasional terkait industri kreatif
sepanjang Februari, antara lain Indonesia Fashion Week dan Java Jazz Festival,
cukup memberikan kontribusi terhadap kedatangan wisman. “Ini menunjukkan
sinergi antara perkembangan industri kreatif dan pariwisata,” kata Menteri.
Di samping
itu, peningkatan seat capacity untuk rute penerbangan langsung ke Indonesia
ikut mendukung pertumbuhan kunjungan wisman. Untuk penerbangan bagi wisman
Timur Tengah misalnya, seat capacity naik 13,5% dari 1.789.528 seatsmenjadi
2.031.276 seats dalam setahun. Begitu juga dengan penerbangan
bagi wisman RTT, seat capacity penerbangan dari berbagai kota
negara ini ke Indonesia meningkat secara signifikan sebesar 34,74% dari 435.344 seats menjadi
586.812 seat.
Sementara
itu, seat capacity untuk wisman dari Korsel naik 31,63% dari
465.348 seatsmenjadi 612.560 seats, dan dari Filipina
naik 50% dari 16.224 seats menjadi 24.336seats.
Melihat
trend peningkatan seat capacity dalam dua bulan terakhir,
Menteri optimis bahwa pertumbuhan kunjungan wisman sepanjang tahun ini akan
lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2013. “Kondisi pasar global maupun iklim
dalam negeri yang kondusif akan mendukung peningkatan kunjungan. Kita boleh
berharap, prospek pariwisata, termasuk ekonomi kreatif akan lebih baik lagi,”
katanya.
Menparekraf
memberikan perhatian terhadap perkembangan positif pada trend pasar saat ini,
khususnya peningkatan aksesibilitas dan kualitas sumber daya manusia dan
persepsi yang makin baik terhadap Indonesia. Berdasarkan laporan The
World Travel & Tourism Council (WTTC), Menteri mengatakan bahwa peran
pariwisata semakin signifikan dalam perekonomian global. Tahun 2013, pasar
pariwisata dunia sudah mencapai US$ 7 triliun, dan pada 2014 pertumbuhan
diperkirakan bisa mencapai 4,2%.
Indonesia
dinilai sebagai negara yang berhasil memanfaatkan momentum itu, sehingga dalam
kelompok G20 Indonesia termasuk salah satu negara dengan pertumbuhan pariwisata
tinggi. WTTC memperkirakan tahun 2014 ini Indonesia berpeluang mencapai
pertumbuhan kunjungan wisman 14,2% dan wisnus 6,3%. Kontribusi sektor
pariwisata terhadap perekonomian diperkirakan bisa mencapai 8,1%. “Jadi peluang
kita untuk mencapai proyeksi tersebut memang cukup terbuka, karena daya saing
pariwisata Indonesia terus membaik. Apalagi persepsi terhadap Indonesia kini
makin positif,” katanya.
Menurut
Menteri, dalam jangka pendek Indonesia berpeluang untuk menarik lebih banyak
wisman asal RRT, yang sekarang merupakan pasar wisman terbesar di dunia dan
masyarakatnya akan terus mencari destinasi alternatif.
Sumber: http://www.parekraf.go.id/
No comments:
Post a Comment