KODE-4

Showing posts with label ACARA BUDAYA. Show all posts
Showing posts with label ACARA BUDAYA. Show all posts

Sunday, June 3, 2007

Mengecam Kekerasan TNI-AL













Diambil dari http://rumahkiri.net

Pernyataan Sikap

Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) menyatakan sikap atas penembakan petani di desa Alas Tlogo Kec. Lekok Kab. Pasuruan Jawa Timur oleh TNI-AL tanah-tanah rakyat yang dikuasai oleh militer untuk latihan dan bisnis harus dijadikan objek landreform !!!

Menyikapi rentetan peristiwa konflik agraria yang melibatkan militer, saatnya pemerintah untuk mengevaluasi dan mengambail tindakan tegas terkait dengan penguasaan militer di lapangan agraria, baik untuk kepentingan latihan apalagi untuk kepentingan bisnis militer.

Kasus Pasuruan yang menewaskan empat orang warga Alas Tlogo Kec. Lekok dan melukai delapan orang lainnya yang di antaranya anak berumur lima tahun hanya menambah daftar kekerasan yang dilakukan militer di lapangan agraria.

Dalam catatan KPA, keterlibatan militer dalam sengketa dan konflik agraria di Indonesia merupakan kasus yang cukup tinggi. Dari 1.753 jumlah kasus agraria di Indonesia, sebanyak 59 kasus melibatkan TNI. Konflik agraria yang melibatkan militer dengan warga banyak dilatari oleh pengambil alihan tanah-tanah rakyat untuk kepentingan pembangunan infrastruktur seperti perumahan (home base) dan tempat latihan tempur serta usaha-usaha militer di lapangan agraria baik di sektor perkebunan, kehutanan dan pertambangan.

Keterlibatan militer dalam praktek penyelesaian konflik agraria selama ini, juga kerap menimbulkan kekerasan karena militer lebih menunjukkan perannya sebagai wakil dan "pengawal" dari mesin birokrasi dan modal, dari pada memihaki dan melindungi rakyat yang pada dasarnya berhak atas rasa aman.

Beranjak dari tingginya keterlibatan militer dalam konflik agraria di Indonesia, dan hampir semua konflik itu berujung pada kekerasan dan jatuhnya korban dari pihak rakyat, maka Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) menyatakan sikap sebagai berikut :

  1. Pemerintah segera mengidentifikasi, mengevaluasi dan menertibkan segala bentuk penguasaan tanah dan sumber-sumber agraria oleh militer di lapangan agraria yang sedang dikuasai oleh rakyat. Tidak boleh lagi ada penguasaan tanah oleh militer baik untuk kepentingan latihan perang, pembangunan perumahan (home base) apalagi untuk usaha-usaha di lapangan agraria.
  2. Seiring dengan rencana pemerintah untuk menjalankan reforma agraria, maka tanah-tanah yang dikuasai oleh militer yang berasal dari tanah-tanah rakyat yang penguasaannya diperoleh dari cara-cara kekerasan dan sedang dituntut oleh rakyat agar dijadikan objek land reform dan dikembalikan kepada rakyat.
  3. Sebagai bagian dari proses reformasi TNI/POLRI, maka TNI/POLRI tidak boleh lagi melibatkan diri dalam konflik agraria yang melibatkan rakyat versus pengusaha, warga versus pemerintah dan BUMN. Penggunaan kekerasan dan keamaan (security approach) dalam penanganan konflik agraria tidak akan menyelesaikan konflik agraria dan hanya melahirkan pelangggaran hak asasi manusia seperti penembakan, pembunuhan, penangkapan, intimidasi, dsb.
  4. Untuk mengatasi dan menyelesaikan ribuan konflik agraria di Indonesia, maka diperlukan lembaga khusus penanganan dan penyelesaian konflik agraria yang bersifat komite nasional. Selama ini konflik agraria yang diproses dalam peradilan umum hanya menempatkan rakyat pada pihak yang selalu kalah dan ruang rakyat untuk mengambil kembali tanahnya yang dirampas tidak ada.
  5. Terkait dengan kekerasan dan konflik agraria di Pasuruan, Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) mendesak pemerintah, DPR dan Komnas HAM untuk : 1) mengusut tuntas pelanggaran hak asasi manusia dan menyelesaikan proses hukum dalam mekanisme peradilan HAM bukan dalam peradilan militer. 2) Segera mengembalikan tanah rakyat, dan merelokasi tempat latihan tempur dari tanah-tanah milik rakyat.

Demikian pernyataan sikap ini dibuat untuk mendapat perhatian.

Jakarta, 1 Juni 2007
Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA)

USEP SETIAWAN
Sekretaris Jenderal


Info lebih lanjut, hub :
Idham Asyad, Korbid Kampanye KPA ; 08152542914
Iwan Nurdin, Korbid Advokasi Kebijakan KPA ; 081548061079
Kunjungi : www.kpa.or.id



KORPS MARINIR DINAS PENERANGAN
Sabtu 2 Juni 2007

PENJELASAN DANKORMAR TENTANG KASUS GRATI

Pemberitaan mengenai insiden penembakan di Grati - Pasuruan dirasakan sudah semakin tidak seimbang, dimana pihak-pihak yang sama sekali tidak menguasai tragedi tersebut ikut memberikan (dis) informasi, pendapat, serta menyampaikan opini keliru kepada masyarakat.

  1. Tanpa mengurangi rasa keprihatinan yang mendalam atas jatuhnya korban, juga bukan maksud untuk mempengaruhi proses hukum yang sedang berjalan, namun kami merasa perlu menyampaikan kepada publik fakta-fakta yang terjadi, berdasarkan hasil investigasi Korps Marinir.
  2. Marinir sebenarnya tidak ada kaitan apa-apa dengan masalah pekerjaan lahan. Lahan itu luas sekali, ada sekitar 5.569 hektar.
    Jadi Marinir sebenarnya tidak mengerti soal adanya kerja sama yang seperti apa dan lain-lain. Marinir hanya, bagaimana mereka yang ada di Puslatpur Grati itu menyelenggarakan latihan-latihan terhadap pasukan yang dikirim ke sana.
  3. Marinir setiap hari memang mengeluarkan patroli pengamanan sektor. Tujuannya mengontrol agar rakyat tidak terus menyerobot masuk ke daerah latihan. Mereka itu sering menyerobot dan membuat bangunan-bangunan baru di atas tanah-tanah yang jelas-jelas itu milik TNI AL. Dan itu adalah area dari pusat latihan tempur. Juga mengontrol wilayah jika ada masyarakat yang menemukan granat, menemukan peluru mortir yang belum meledak, ada yang busung. Dan juga kadang-kadang mencegah karena rakyat juga sering-
    sering menebang pohon, ambil kayunya yang ada di Puslatpur, padahal pohon-pohon itu dipelihara untuk latihan untuk berlindung dan sebagainya.
  4. Jadi Marinir tidak melakukan bantuan kepada pihak manapun, kepada pihak swasta, misalnya itu yang sedang menggarap wilayah lahan Grati. Sebab kalau ada maksud untuk membantu seperti itu, tentu mereka datang dengan truk. Lho terus ngapain harus jalan kaki sejauh itu, sedangkan pada kejadian ini Marinir hanya melaksanakan patroli rutin, karena memang setiap hari
    mereka itu patroli. Tapi rutenya berubah-ubah. Jadi patroli berjalan kaki. Sedangkan pada kejadian ini, mereka baru tiba di tempat itu setelah berjalan lebih kurang 4 km, selama 2 jam berjalan. Jadi ini suatu fakta, tidak ada kita mau bantu, apakah katanya Citra Rajawali, Grati Agung, enggak ada urusan dengan itu semua. Marinir hanya jalan, patroli hanya untuk melindungi
    wilayah itu dari tadi yang saya katakan, ada yang menebang pohon, ada yang membangun bangunan-bangunan baru di wilayah lahan-lahan latihan. Itu khan membahayakan.
  5. Perlu diketahui sebenarnya hubungan Marinir dengan anggota masyarakat selama ini cukup dekat. Mereka ceritakan, seminggu sebelum kejadian itu, mereka datang ke Alastlogo karena ada undangan Kepala Desanya, Pak Ilham. Khitanan anaknya, kalau tidak salah. Dan juga sebagian anggota itu tinggal di sekitar Grati itu, berada di sekitar Grati, dan keluarganya juga ada yang tinggal di sekitar atau dekat dengan Alastlogo. Jadi mereka ini adalah orang-orang yang ada di sana, yang memiliki hubungan emosional dengan masyarakatnya.
  6. Seperti yang sudah dijelaskan pada beberapa kali dalam memberikan keterangan bahwa, patroli Marinir tidak di tempat kerumunan massa. Jadi setelah mereka jalan selama 2 jam, mereka tiba di tempat kerumunan massa di batas desa Alastlogo. Dengan tidak merasa curiga apa-apa, Komandan
    Tim Letnan Budi Santoso itu dengan beberapa anggota datang, merapat, mendekati masyarakat, membujuk mereka, buat apa bikin demo, khan kelihatan dari usaha mereka mau demo. Nyatanya usaha ini berhasil, sebagian buyar, ada yang pulang. Namun belum ada sepuluh menit kira-kira hal itu terjadi,
    seperti ada yang mengomando, mereka mulai menyerang, memukul kentongan, teriak-teriak, melempari batu ke arah Marinir. Patroli Marinir ini menghindar dengan cara
    mundur dan menjauhi tempat tersebut tapi terus dikejar, bahkan ada yang mau membacok dengan clurit. Orang yang membacok itu jelas diceritakan oleh anggota kita yang namanya Koptu Totok, orang itu menutup mukanya dengan sorban putih. Dia membacokkan cluritnya dari belakang. Setelah diteriaki oleh teman lainnya, itu dapat ditepis dengan menangkis dengan popor.
    Inilah kondisinya. Jadi anggota saat itu memar-memar, ada yang sudah berdarah di bagian pelipisnya, ada yang memar di lehernya kena batu, ada yang kakinya bengkak, tangan lain-lain di tubuh mereka. Ini semua jelas dan sudah dilakukan visum serta pemeriksaan.
  7. Anggota melakukan tembakan peringatan atas perintah Komandan Tim. Itu tembakan ke atas pada mulanya. Diharapkan massa itu yach berhenti untuk mengejar mereka, tapi nyatanya massa yang sudah lebih dari 300 orang itu terus menyerang dengan berani, dan ada yang meneriakkan di dalam rombongan itu, " Jangan takut, itu peluru bohong, itu peluru hampa, serang terus, jangan takut, kita atau Marinir yang mati!!" Jadi mereka meneriakkan kalimat-kalimat yang heroik begitu. Nah melihat kondisi inilah, untuk bisa meyakinkan massa yang terus maju dengan rapat, terus melempari, mengacung-acungkan clurit, parang, maka ada beberapa anggota yang menembakan senjatanya ke tanah. Mereka tembakkan ke tanah di sekitar tempat mereka dengan model dopping. Khan ada latihan model dopper. Perlu diketahui Marinir-Marinir di Puslatpur ini sebagian besar adalah pelatih-pelatih yang sering melayani latihan pasukan. Jadi mereka itu bisa bertindak sebagai
    Dopper yang menembakkan peluru ke tanah sehingga terjadi kebulan-kebulan tanah atau debu yang memperlihatkan bahwa itu bukan peluru bohongan, itu bukan peluru hampa. Jadi inilah yang kami duga dari akibat mereka tembak ke tanah. Setelah belakangan kita sinyalir bahwa tanah di situ banyak batunya, bebatuan, dari situ terjadi rekoset sehingga ada yang mengenai masyarakat di sekitar tempat kejadian.
  8. Akibat tembakan yang rekoset inilah sebenarnya terjadinya korban, dansetelah jatuhnya korban mereka baru berhenti dan mundur. Rasanya tentang penjelasan rekoset ini bisa dibuktikan dari beberapa hasil rontgen terhadap korban yang kemarin ditayangkan di TV dan tadi juga ditayangkan di TV bahwa proyektil yang ada di tubuh korban adalah serpihan, adalah peluru-peluru atau proyektil yang tidak utuh. Nah inilah yang menunjukkan bahwa bukan peluru-peluru yang ditembakkan langsung, jadi serpihan. Itulah kemarin ditanyakan oleh Metro TV, apa mungkin rekoset bisa mengenai ibu-ibu, anak kecil yang ada di rumah. Justru itu yang semakin fakta bahwa itu rekoset. Karena kalau bukan itu rekoset dan memang itu ditembakan, yach tentunya tidak ditembak ke anak-anak atau ke ibu-ibu. Itulah tandanya bahwa peluru itu tidak terarah, terbang sendiri, melenceng sendiri karena rekoset. Kejadian ini ada beberapa saksi mata yang netral, seperti ada orang-orang yang sedang bekerja di lahan. Dari mereka itu kita mendengar bahwa
    kejadian itu sangat menakutkan karena massa sangat beringas sehingga mereka lari dan bersembunyi. Mereka itu juga mengatakan, kasihan mereka melihat bapak-bapak Marinir dilempari seperti itu.
  9. Dari keterangan yang kami dapatkan di lapangan, kami merasa yakin bahwa kalau tidak dalam keadaan yang sangat memaksa, yang telah sangat mengancam jiwa mereka, para prajurit-prajurit Marinir ini, sebagai prajurit yang terlatih, tidak mungkin melakukan tembakan baik tembakan peringatan ke atas maupun peringatan ke bawah. Mereka menceritakan bahwa yang ada
    di benak mereka saat itu mereka akan menjadi korban seperti rekan-rekan Polri di Papua. Karena begitu kuatnya tekanan, lemparan terhadap mereka, bahkan acung-acung clurit. Walaupun mereka sebenarnya sangat menyesal setelah mereka tahu, bahkan sedih. Kenapa sampai ada jatuh korban dari masyarakat, padahal selama ini mereka sudah cukup baik dengan masyarakat di sekitar tempat itu. Tapi saya juga yakin bahwa korban itu terjadi karena peluru rekoset sebab bila tidak tentu yang tertembak adalah orang-orang yang menyerang mereka, yang menyerang dengan clurit, yang dekat dengan mereka. Tidak mungkin mereka menembak perempuan, anak-anak, seperti yang sudah kita lihat korban sekarang.

  10. Kami telah melakukan langkah-langkah hukum, yang segera bisa kami lakukan. Saat ini mereka telah kita serahkan kepada Polisi Militer. Dan Komandan Puslatpurnya kami ganti agar yang bersangkutan bisa lebih berkosentrasi memberikan kesaksian dan keterangan-keterangan, dan kami juga ingin agar Puslatpur tetap dapat berjalan, kegiatan-kegiatannya untuk melaksanakan latihan-latihan kepada prajurit-prajurit Marinir lain.
  11. Kami terkesan saat ini pemberitaan sangat tidak berimbang, terus menerus media mewawancarai masyarakat yang sudah rata bunyinya. Ada banyak sekali yang tidak masuk akal dari keterangan mereka. Dengan menyatakan, mereka tidak tahu apa-apa, tahu-tahu Marinir menembaki. Ini saya malah mengatakan, coba saja di psikotest anggota kami. Saya yakin mereka itu normal dan tidak ada yang gila seperti itu.

Apalagi tadi saya jelaskan bahwa mereka-mereka yang ke-13 orang ini ditetapkan sebagai tim patroli tetap, karena mereka itu memang orang-orang Pasuruan atau keluarganya ada di Pasuruan, sehingga mereka punya hubungan emosional dengan warga atau penduduk sekitar.

Dan ingat bahwa semua orang tahu bagaimana sikap Marinir selama ini kepada rakyat yang sampai kapan pun itu tidak akan berubah. Sehingga kalau kitalihat, kejadian ini benar-benar kejadian yang sangat memaksa mereka dalam membela diri. Mereka itu juga manusia biasa, punya hak untuk membela diri mereka. Inilah keterangan yang bisa saya berikan untuk sekedar menambah keterangan-keterang an terdahulu yang pernah saya berikan. Terima kasih.

Catatan : Penjelasan tersebut di atas sesuai dengan hasil rekaman asli

Satrio Arismunandar

Producer-News Division, Trans TV, Floor 3
Jl. Kapten P. Tendean Kav. 12 - 14 A, Jakarta 12790
Phone: 7917-7000, 7918-4544 ext. 4026, Fax: 79184558, 79184627

http://satrioarismu nandar6.blogspot .com
http://satrioarismu nandar.multiply. com


FESTIVAL KESENIAN YOGYAKARTA XIX 2007


TONGUE IN YOUR EAR

Festival Puisi Nasional
23-24 Agustus 2007
Sasono Hinggil, Alun-alun Selatan Kraton

Peserta dari Yogya
• Faisal Kamandobat
• Afrizal Malna
• Bustan Basir Maras
• Hasta Indriyana
• T.S. Pinang
• Iman Budhi Santoso
• Joko Pinurbo
• Hamdy Salad

Peserta luar Yogya
• Aslan A. Abidin (Makassar)
• Agus Hernawan (Padang)
• Riki Dhamparan Putra (Denpasar)
• Jamal T. Suryanata (Banjarmasin)
• Irmansyah (Jakarta)
• Mardi Luhung (Gresik)
• Arie MP Tamba (Jakarta)
• Gus tf (Payakumbuh)
• Iyut Fitra (Payakumbuh)
• Hasan Aspahani (Batam/Kepulauan Riau)
• Marhalim Zaini (Pekanbaru)
• Wowok Hesti Prabowo (Tangerang)
• Toto ST Radik (Banten)
• Tan Lioe Ie (Denpasar)
• Wayan Sunarta (Karangasem)
• Acep Zamzam Noor (Tasikmalaya)
• Ahda Imran (Bandung)
• Sindu Putra (Mataram)
• S. Yoga (Surabaya/Madura)
• Thompson Hs (Medan)
• Sihar Ramses Simatupang (Jakarta)
• Badruddin Emce (Cilacap)

Workshop Penulisan Kritik Sastra
23 Agustus 2007
Jam 09.00–16.00WIB
Ruang Seminar, Taman Budaya Yogyakarta
(Peserta Terbatas Undangan)

Pengisi Workshop
• Nirwan Ahmad Arsuka (Jakarta)
• Katrin Bandel (Yogyakarta)

Peserta Inti Workshop
• Zen Rachmat Sugito (Sejarah-UNY)
• Sudaryanto (Sastra-UNY)
• Hatib Abdul Kadir Olong (Sospol-UGM)
• Afthonul Afif (Alumni Psikologi-Unprok, S2-Sadhar)
• Fachruddin (Alumni Filsafat UIN)
• Ndika Mahendra (Sastra Indonesia-UNY)
• Muchlis Amrin (Sosiologi-UIN)
• Syamsul Bahri (S2- Sadhar)
• Muhamad Al-Fayed (Filsafat-UIN)
• Agus Sulistiyo (Komunikasi- UAJY)
• Syaiful Aminullah Ghofur (S2-UII)
• Gugun El-Guyanie (PPM Hasyim Asyari)
• Yusuf Siregar (Seni Lukis-ISI)
• Sukarni (Guru Bantu MAN 3 Yogya, Redaksi Majalah Remaja Kuntum)
• Fauzi Fazhri (Komunikasi- UMY)

Diskusi Sastra
Spirit Penciptaan dan Perlawanan: Menggugat Politik Estetik
Sastra Dekaden, Membangun Spirit Penyair Independen
24 Agustus 2007
Jam 10.00–13.00WIB
Ruang Seminar, Taman Budaya Yogyakarta

Pembicara
• Acep Zamzam Noor
• Afrizal Malna
• Aslan A. Abidin
• Gus tf
• Wowok Hesti Prabowo

Moderator
• Saut Situmorang

For more information, please contact:
FKY INFO CENTRE (0274) 587712
or Raudal Tanjung Banua 08122729237

Friday, May 11, 2007

Diskusi tentang Syekh Siti Jenar di TUK

Diskusi SITI JENAR: PERTARUNGAN AJARAN DAN KEKUASAAN Selasa, 15 Mei 2007, 19:00 WIB Narasumber: Agus Sunyoto & Achmad Chodjim.


Siti Jenar selama ini dikenal lebih banyak sebagai legenda, bukan tokoh sejarah. Sekian babad, serat, kitab, dan buku tentang Siti Jenar memiliki versi sendiri-sendiri mengenai sosok, ajaran, hingga akhir hayatnya yang tragis.


Konon, ia dihukum pancung, karena menyebarkan ajaran yang dianggap menyimpang, atau ia juga seorang pemimpin sebuah gerakan yang mengancam kekuasaan. Sebagai tokoh sufi, ia adalah Al-Hallaj-nya tanah Jawa—karena kematiannya persis seperti tokoh sufi Al-Hallaj yang dieksekusi di
Baghdad akibat tuduhan menebarkan ajaran sesat.


Namun, ada yang memahami Siti Jenar sebagai tumbal dalam pertarungan “Islam Jawa” yang dibelanya, dengan “Islam Arab” yang dikehendaki “Dewan Wali”. Siti Jenar tetap mewariskan kontroversi hingga kini.


Agus Sunyoto, penulis buku Syaikh Siti Jenar (LKiS) sebanyak tujuh jilid, melalui 300 naskah kuno, mencoba menelusuri perjalanan ruhani, perjuangan, ajaran, konflik dan penyimpangan ajaran Siti Jenar.


Sedangkan Achmad Codjim, penulis buku laris Syekh Siti Jenar: Makna “Kematian” (Serambi), menyuguhkan sosok Siti Jenar yang lihai dalam meramu pandangan sufistik Islam dengan mistik Jawa.
Tidak dipungut biaya.Untuk informasi lebih lengkap kunjungi www.utankayu. org.*

Mohamad Guntur Romli
Kurator Diskusi di Komunitas Utan Kayu/Relis

Komunitas Paragraf Diskusi tentang BM Syam

Dalam khasanah sastra Riau, nama BM Syamsuddin, menempati posisi yang harum. Meski terbilang “terlambat” terjun di dunia sastra, namun hingga akhir hayatnya, lelaki kelahiran Natuna (Kepulauan Riau) ini menjadi cerpenis paling produktif dari Riau di eranya. Hingga saat ini, belum ada cerpenis Riau yang mampu menandingi produktivitasnya, juga pencapaian estetikanya.

Untuk mengenang salah satu cerpenis penting Indonesia seangkatan AA Navis ini, Komunitas Paragraf Pekanbaru akan menyelenggarakan acara “Mengenang BM Syamsuddin” di Galeri Ibrahim Sattah Kompleks Bandar Serai Pekanbaru, pada Ahad (13/5/2007) pukul 19.00 WIB. Acara ini akan diisi dengan pembacaan cerpen-cerpen BM Syam oleh beberapa sastrawan dan seniman Riau seperti Marhalim Zaini, Hang Kafrawi, Syaukani Alkarim dan yang lainnya; pembacaan perjalanan kepengarangannya dan diskusi karya-karyanya yang akan menampilkan dua budayawan Riau, Al Azhar dan Elmustian Rahman, sebagai pembicara.

“Harus diakui, posisi BM Syam sangat penting dalam dunia sastra Indonesia, khususnya Riau. Ketika masih produktif menulis sebelum meninggal, hampir tak ada media yang “berani” menolak cerpen-cerpen BM Syam,” jelas Marhalim Zaini, Koordinator Komunitas Paragraf.

Menurut Olyrinson, salah seorang penggagas acara yang juga anggota Komunitas Paragraf, karya-karya BM Syam memiliki kekuatan lokalitas Melayu yang kental, dan sangat dekat dengan persoalan sehari-hari masyarakat Melayu yang terpinggirkan. “Memang, BM Syam agak terlambat berkarya dibandingkan AA Navis dari Sumbar atau nama-nama cerpenis lainnya seangkatannya di Indonesia, tetapi karya-karyanya telah memberi pengaruh besar dalam sastra Riau dan Indonesia,” kata penulis novel Gadis Kunang-kunang (DAR-Mizan 2004) ini.

Untuk itu, baik Marhalim maupun Olyrinson, berharap para pecinta sastra, mahasiswa, siswa, guru bahasa dan sastra dan mereka yang suka dengan sastra, bisa hadir dalam acara ini. “Bisa dikatakan, selain Soeman Hs, BM Syam adalah seorang “guru” cerpen di Riau,” kata Budy Utamy, Sekretaris Komunitas Paragraf.

Menurut Kazzaini Ks dalam pengantar buku kumpulan cerpen BM Syam, Jiro San, Tak Elok Menangis (Yayasan Sagang, 1997), hingga akhir hayatnya Bm Syam adalah cerpenis Indonesia yang cukup produktif dari tahun 1980-an hingga dekade 1990-an. Kompas --selain Haluan, Suara Karya, Suara Pembaruan, Riau Pos dan beberapa media lainnya--adalah media yang paling sering memuat karyanya sehingga beberapa teman BM Syam pernah berseloroh, “Apa redaktur koran itu tak bosan dengan cerpen BM Syam?”

Diperkirakan, saking produktifnya, sudah lebih 100 cerpen yang lahir dari tangannya. Sebelum kumpulan cerpen yang diterbitkan Yayasan Sagang tersebut, belum ada kumpulan cerpen yang khusus memuat karya BM Syam. Cerpen-cerpennya hanya dimuat dibeberapa antologi seperti Kado Istimewa (Kumpulan Cerpen Kompas tahun 1992) dan Pertemuan Kedua (Kumpulan Cerpen Pengarang Johor, Singapura dan Riau yang diterbitkan Dewan Bahasa dan Pustakan Malaysia 1992).

Yang menarik, menurut Hasan Junus (seperti dikutip Kazzaini Ks), pada mulanya BM Syam tidak dikenal sebagai seorang penulis cerpen, melainkan roman dan novel. Beberapa roman/novelnya dimuat sebagai cerita bersambung di Haluan (Padang), karena ketika itu di Riau belum ada koran harian. Roman/novel BM Syam yangs sudah diterbitkan oleh Balai Bahasa adalah Damak dan Jalak (1983), Braim Panglima Kasu Barat (1984), Tun Biadjid I (1984) dan Tun Biajid II (1984). BM Syam mengaku tak bisa menulis cerita pendek, karena sudah 30 halaman ketikannya, katanya, belum berbentuk cerita. Namun, di ujung-ujung usianya, BM Syam sangat produktif menulis cerpen dan menjadi penulis cerpen Riau yang paling produktif di media ibukota.

Dilahirkan di Natuna, Kepulauan Riau pada 10 Mei 1935, BM Syam memang memiliki bakat menulis sejak kecil. Cerpen pertamanya dimuat di Majalah Merah Putih pada tahun 1956 dengan nama samaran Dinas Syams. Karya-karya BM Syam tak hanya sebatas novel dan cerpen, tetapi juga esai, kritik, dan artikel kebudayaan, juga pernah menjadi wartawan untuk Haluan dan Riau Pos menjelang akhir hayatnya.

Pendidikan guru yang ditempuhnya, menjadikan dia seorang pendidik yang tangguh dan sepanjang tahun 1955-1981, BM Syam menjadi guru SD dan SMP di beberapa tempat di Riau, juga pernah menjadi dosen di FKIP UIR (1988-1994). Semangat menulisnya tak pernah padam sebelum akhirnya meninggal dunia di RS Ahmad Mochtar, Bukittinggi pada 21 Februari 1997, setelah dirawat cukup lama di Pekanbaru. Keinginan menulis yang begitu kuat, selalu keluar dari mulutnya, bahkan di saat berbaring di rumah sakit.

Salah satu cerpen BM Syam yang sangat dikenal adalah “Jiro San, Tak Elok Menangis”. Cerita yang dituturkan Bujang (yang kemudian namanya diganti menjadi Jiro San oleh guru Jepang) tentang seorang guru bernama Engku Jauhar pada masa pendudukan Jepang di Natuna, adalah sebuah kisah yang mengharu-biru tentang buruknya kondisi masyarakat di Natuna ketika itu. Cerpen lainnya, “Cengkeh pun Berbunga di Natuna” juga salah satu cerpen BM Syam yang banyak dikenal luas di masyarakat Riau, yang menceritakan tentang kondisi masyarakat Natuna ketika perkebunan cengkeh ditebang oleh kapitalis dan kemudian diganti tanaman sawit.

“Tak banyak cerpenis Riau dan Indonesia sekarang yang mau menulis tentang persoalan sosial masyarakatnya. BM Syam sangat komit dengan persoalan sosial masyarakatnya,” kata Marhalim mengakhiri.* **Relis

Thursday, May 10, 2007

Bedah Buku Kumpulan Cerpen "PERANTAU" Gus tf Sakai

Kumpulan cerpen terbaru Gus tf Sakai berjudul PERANTAU (Gramedia Pustaka Utama) akan didiskusikan dalam acara rutin sebulan dua kali, Apresiasi Reboan, di FIB UI, Rabu, 16 Mei 2007, pukul 13.00-15.00. Pembahas dalam diskusi kali ini adalah Sunu Wasono dan Ibnu Wahyudi. Sementara Gus tf Sakai, peraih SEA Write Award 2004, akan hadir untuk membincangkan pengalaman berkarya dalam dunia kreatifnya selama ini.

Acara ini terbuka untuk umum, karena itu silakan datang di Ruang Serbaguna II (Ruang 4101) FIB UI.


Sekilas tentang Kumpulan Cerpen PERANTAU

Di sebuah kampung di tanah air, merantau adalah keharusan bagi seorang laki-laki dewasa. "Pergilah merantau, Nak." adalah kalimat yang lazim diucapkan seorang ibu di daerah itu. Namun apakah arti sesunguhnya merantau? Dalam cerpen 'Perantau', Gus tf Sakai bercerita dengan indah tentang makna dan harapan yang dicari oleh para perantau.

Pada beberapa cerpen lainnya, Gus tf Sakai mengemukakan kritik sosial dengan gaya bercerita yang metaforis dan tertata dengan saksama. Misalnya cerpen "Tujuh Puluh Tujuh Lidah Emas" mengungkapkan kritik terhadap pemerintah pusat tentang eksploitasi kekayaan bumi daerah. Cerpen "Belatung" mengisahkan tentang kesulitan ekonomi yang memaksa seorang perempuan menjadi pelacur. Cerpen "Kami Lepas Anak Kami" mengemukakan masalah kurikulum pendidikan anak yang tidak proporsional.

Cerpen-cerpen dalam buku ini telah terbit di berbagai media massa terkemuka seperti Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Horison dan Padang Ekspress. Perantau adalah kumpulan cerpen Gus tf Sakai yang ke-4, setelah Istana Ketirisan (1996), Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (1999), dan Laba-laba (2003). Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta memenangi Hadiah Sastra Lontar 2001 dan penghargaan sastra Pusat Bahasa 2002, diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh The Lontar Foundation dengan judul The Barber (2002). Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta juga menerima SEA Write Award 2004.

Tentang Gus tf Sakai

Gus tf Sakai, lahir pada tanggal 13 Agustus 1965 di Payakumbuh Sumatera Barat. Ia menamatkan studinya di Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang. Mulai menulis prosa pada usia 13 tahun sejak sebuah cerpennya memenangkan hadiah pertama pada sebuah lomba penulisan cerpen. Hingga sekarang ia telah menyelesaikan 2 novel, 7 novelet, dan 18 cerpennya memperoleh penghargaan yang diselenggarakan oleh berbagai media seperti majalah Anita, Femina, Gadis, Hai, Kartini, Matra dan harian Kompas. Dua bukunya yang diterbitkan oleh Gramedia berjudul Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (1999) dan Tiga Cinta, ibu (2002)

Tuesday, April 24, 2007

Komunitas Seni Hitam Putih

PEMENTASAN TEATER
Komunitas Seni Hitam-Putih Padangpanjang akan mementaskan teater berjudul "Tangga" sutradara Yursil.
Pementasan akan dilakukan pada:
  • 21 Juli 2007 di STSI Padangpanjang
  • 27 Juli 2007 di Taman Budaya Provinsi Sumatra Barat

Monday, April 9, 2007

Peluncuran Buku Israr Iskandar

Jakarta/Padang, Awal April 2007

Perihal :Undangan Launching Buku

Kepada Yth Bapak/Ibu/Sdr:

Bersama ini kami mengundang Bapak/Ibu menghadiri seremoni Peluncuran Buku berjudul ELIT LOKAL, PEMERINTAH & MODAL ASING: Kasus Gerakan Menuntut Spin-Off PT Semen Padang dari PT Semen Gresik Tbk (1999-2003),
karya Israr Iskandar,
Terbitan Yayasan SAD dan CIRUS, pada:

Kamis, 12 April 2007, jam 16.00-18.00
Di TB Kinokuniya, SOGO Plaza Senayan Lt 5, Jakarta.
Pembahas Faisal H Basri (tentatif ).

Demikian undangan dari kami. Atas rencana kehadiran Bapak/Ibu/Sdr kami haturkan banyak terima kasih.

Salam,
(Israr Iskandar & Panitia)

Friday, April 6, 2007

In Memoriam Soeman Hs

Komunitas Paragraf Gelar "In Memoriam Soeman Hs"

UNTUK mengenang salah satu sastrawan besar yang pernah lahir di Riau, Soeman Hs, Komunitas Paragraf akan menggelar acara bertajuk "In Memoriam Soeman Hs" pada Ahad (8/4) malam pukul 19.30 WIB di Galleri Ibrahim Sattah Kompleks Bandar Serai, Pekanbaru. Beberapa materi acara akan digelar, di antaranya pembacaan karya-karya Soeman Hs oleh mahasiswa-mahasiswi Akademi Kesenian Melayu Riau (AKMR), pemutaran film biografi Soeman Hs dan diskusi tentang karya-karyanya yang akan menampilkan dua pembicara, yakni dua sastrawan Riau, Fakhrunas MA Jabbar dan Abel Tasman.

Menurut Koordinator Komunitas Paragraf, Marhalim Zaini, acara ini diselenggarakan untuk mengenang seorang Soeman Hs, sastrawan paling berpengaruh di Riau di era modern, yang menjadi salah seorang pencetus lahirnya karya cerita pendek di Indonesia. "Kami memilih bulan April, karena Soeman lahir pada 4 April 1904. Momen kelahirannya yang kami ambil untuk acara ini," jelas staf pengajar di AKMR ini.

Menurut sastrawan muda Riau ini, acara ini akan diselenggarakan dengan sederhana dan tidak akan menghabiskan banyak biaya seperti acara-acara sastra lainnya yang digelar di Riau. "Yang kami ambil adalah esensi dari acara ini, dan bukan pada kemegahan penyelenggaraannya. Kami mengundang para sastrawan, penikmat, pecinta, mahasiswa, siswa guru-guru pengajar bahasa dan sastra dan masyarakat luas untuk menghadiri acara ini," jelasnya.

Soeman Hs adalah salah seorang sastrawan terkemuka Indonesia yang berasal dari Riau. Soeman lahir di Bengkalis dari keluarga Batak di Kotanopan, Tapanuli Selatan. Ayahnya yang seorang guru ngaji, Lebai Wahid, memilih pindah dan menetap di Bengkalis karena terjadi pertikaian suku di tanah kelahirannya. Meski berasal dari keluarga Batak, Soeman sangat kental dengan budaya Melayu. Saking cintanya kepada Melayu, Soeman menyingkat marganya, Hasibuan, menjadi Hs. "Darah saya Batak, tetapi saya orang Melayu tulen," kata Soeman suatu saat seperti diberitakan Suara Merdeka. "Di sini, marga tidak begitu penting, makanya saya singkat saja, tak seperti AH Nasution yang malah menyingkat namanya. Hahaha..." kata Soeman seperti ditulis Tempo.

Semasa muda, Soeman sangat suka membaca novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli dan M Kasim, yakni Teman Duduk. Inilah yang kemudian menjadi inspirasi dua karyanya, yakni cerpen "Kawan Bergelut" (yang dianggap menjadi tonggak kelahiran cerpen asli Indonesia pertama) dan tiga novelnya, Mencari Pencuri Anak Perawan, Kasih Tak Terlerai dan Percobaan Setia.

Di tengah jor-joran karya-karya sastra dari Sumatera Barat dan Medan yang menjadi unggulan Balai Pustaka, karya-karya Soeman Hs cukup membanggakan orang Riau meski ketika itu masih satu provinsi dengan Sumbar dan Jambi, yakni Sumatera Tengah. Ciri khas karya-karya Soeman adalah pendobrakan terhadap tradisi dan adat-istiadat yang sangat kaku dalam masyarakat Melayu. Yang menarik, hingga akhir hayatnya (meninggal 1988), Soeman lebih dikenal sebagai penghulu adat Melayu ketimbang Batak.

Selain terkenal sebagai sastrawan, Soeman adalah seorang tokoh pendidikan dan pendiri SLTA pertama di Pekanbaru, yakni SMA Setia Dharma pada tahun 1954. Ketika diresmikan oleh Mentri Pendidikan dan Perkembangan Kebudayaan waktu itu, M Yamin, Soeman dengan lantang di depan M Yamin berujar, "Riau ini anak tiri pusat. Di sini tidak ada SMA Negeri, saya mengimbau kepada Bapak Mentri untuk menempatkan guru negeri ke sekolah ini," kata Soeman.

Menurut Marhalim, apa yang dilakukan Soeman Hs sebenarnya sudah sangat pantas mendapatkan apresiasi besar masyarakat Indonesia umumnya, dan Riau khususnya. "Sayangnya, karya-karya Soeman Hs kini sangat sulit ditemukan karena tak dicetak lagi," jelas Marhalim.***

Catatan:

Komunitas Paragraf adalah sebuah komunitas sastra yang didirikan oleh empat pecinta sastra di Riau, yakni Hary B Kori¢un (Novelis/Redaktur Budaya Harian Riau Pos), Marhalim Zaini (Sastrawan/Staf Pengajar Akademi Kesenian Melayu Riau [AKMR]), Olyrinson (Sastrawan Riau) dan Budy Utamy (Penyair Riau). Tujuan utama komunitas ini adalah sebagai wadah untuk diskusi sastra, menerbitkan jurnal/majalah sastra dan menerbitkan buku sastra.

Tuesday, April 3, 2007

Pertunjukan Teater "DITUNGGU DOGOT"

Pertunjukan Teater "DITUNGGU DOGOT"

Karya: Sapardi Djoko Damono

Sutradara: Kurniasih Zaitun (TINTUN)

Tanggal 26 April 2007 Pukul 1930 WIB

Di Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah Surakarta - Solo




Konsep Garapan

Ditunggu Dogot adalah sebuah cerpen Sapardi Djoko Damono. "Teks" cerpen ini kemudian ditafsirkan dan diwujudkan dalam bentuk pertunjukan teater. Cerpen ini mengisahkan perjalanan dua orang tokoh, laki-laki dan perempuan yang sedang ditunggu Dogot. Selama perjalanan Ditunggu Dogot mereka mengalami berbagai persoalan, konflik dan perdebatan mereka tentang Dogot, sedangkan Dogot itu sendiri tidak jelas identitas dan asala usulnya.

Dapat dilihat disini bahwa Sapardi sangat terinspirasi oleh Menunggu Godot karya Samuel Beckett. Sapardi mencoba melihat bagaimana persoalan "menunggu" tidak akan lengkap jika tidak ada "ditunggu", dan Sapardi percaya bahwa hidup ini berpasang-pasangan. Hal ini terlihat pada dialog-dialog yang muncul dalam cerpen tersebut, termasuk cara Sapardi dalam melukiskan persoalan dan konflik yang membangun inti cerpen tersebut.

Konsep panggung yang ditawarkan adalah stage on stage (panggung di atas panggung) yang menghadirkan panggung bergerak (berputar) untuk mnenawarkan konsep un-blocking (perpindahan aktor lebih ditentukan oleh pergerakan panggung). Sedangkan posisi penonton diarahkan ke dalam bentuk prosenium dan tapal kuda/arena, dengan tujuan lebih memudahkan penonton untuk mengapresiasi pentas itu sendiri. Untuk memperkuat karakter pertunjukan dan artistik panggung, pementasan ini juga menggunakan multimedia yang dilahirkan melalui layar yang menjadi latar belakang panggung.

Konsep pertunjukan Ditunggu Dogot, berangkat dari ide dasar randai, dengan menjadikan unsur galombang dan pelaku galombang sebagai penentu, yakni penentu pergantian waktu, tempat dan adegan. Fungsi pelaku galombang dalam pertunjukan ini sangat ditentukan oleh perputaran panggung; pada saat perputaran dilakukan, pelaku galombang menjadi aktor pertunjukan, dan ketika tidak terjadi lagi perputaran, sang pelaku galombang memfungsikan diri sebagai bagian dari penonton.

Sinopsis

Perjalanan dua orang tokoh, laki-laki dan perempuan yang sedang ditunggu Dogot. Selama perjalanan Ditunggu Dogot mereka mengalami berbagai persoalan, konflik dan perdebatan mereka tentang Dogot, sedangkan Dogot itu sendiri tidak jelas identitas dan asala usulnya.

Semua yang ada dimuka bumi ini diciptakan berpasang-pasangan. Jauh dekat, tinggi rendah, langit bumi, laki-laki perempuan, menunggu ditunggu. Perjalanan hidup manusia yang tak pernah bisa ditebak "apa", tapi dapat dirasakan, dijalani dan dinikmati.

Profil Kelompok

Komunitas seni HITAM-PUTIH di Sumatra Barat awalnya adalah kelompok teater yang tumbuh di lingkungan pelajar SMU. Didirikan pada tahun 1992 dengan nama Teater Plus sebagai salah satu kegiatan ekstra kurikuler di SMU Plus INS Kayu tanam Sumatera Barat. Kemudian di tahun 1998, atas beberapa pertimbangan, kelompok ini berubah nama menjadi komunitas seni HITAM-PUTIH dan hingga saat ini tetap eksis sebagai salah satu kantong seni di Sumatera Barat. Berbagai aktivitas seni pertunjukan khususnya teater telah dipentaskan, baik di tingkat regional Sumatera hingga merambah beberapa tempat di Jakarta. Sejak awal kehadirannya, komunitas ini cukup memberikan warna baru pada perkembangan seni pertunjukan di Sumatera Barat. Hal ini tampak dari beberapa pentas keliling di wilayah Sumatera dan Jakarta yang digelar pada kurun waktu 1998-2000, di samping juga melakukan beberapa kali workshop teater di Sumatera Barat.

Selain membidangi seni Teater, komunitas seni HITAM-PUTIH, juga mengembangkan bidang kesenian lainnya dengan menjadi penyelenggara beberapa pentas Tari, Workshop Sastra, dan Pagelaran Musik Etnik. Sedangkan dalam bidang perfilman, komunitas ini menyelenggarakan kegiatan diskusi, pemutaran dan produksi film, di samping melakukan eksplorasi, riset dan eksperimen untuk mencari bentuk-bentuk alternatif seni pertunjukan khususnya seni teater dengan memberikan kesempatan kepada penonton untuk memberikan penilaian lewat diskusi pasca pentas.

Profil Sutradara

Kurniasih Zaitun lebih akrab dengan panggilan TINTUN kelahiran, Padang 20 April 1980. Salah satu dari sekian banyak perempuan yang aktif dalam kesenian Teater. Telah meluluskan pendidikan S-1 nya di STSI Padangpanjang Jurusan Teater dengan Minat Utama Penyutradaraan.

PENGALAMAN KESENIAN

TEATER

Menjadi Sutradara:

  • Pertunjukan "Ditunggu Dogot" Karya Sapardi Djoko Damono di Padangpanjang, Pasar Seni Pekan Baru-Riau dan Taman Budaya Prop. Sumatra Barat-Padang (2005-2006)
  • Pertunjukan "Kura-Kura Bekicot"Karya Ionesco di Padangpanjang (2004)
  • Puisi Pertunjukan dengan tema "Seks, Teks dan Konteks"di Univ Padjajaran Bandung (2004)
  • Pertunjukan "Cleopatra" karya Shakespeare di Padangpanjang (2003)
  • Pertunjukan "Cermin" karya Nano Riantiarno di Festival Pesisir- Taman Budaya Padang (2002)
  • Pertunjukan "Pintu Tertutup" karya Jean P Sartre di Padangpanjang (2002)
  • Pertunjukan "Topeng" karya Yusril di Univ Bung Hatta Padang, Taman Budaya Bengkulu, GOR Payakumbuh Sum-Bar (2000-2001)
  • Pertunjukan "Komplikasi" karya Yusril di Pertemuan Teater Eksperimental Internasional Fak Sastra Univ Andalas Padang (2000)
  • Pertunjukan "Malam Terakhir" karya Yukio Mishima di Padangpanjang (2000)
  • Pe0rtunjukan "The Song Of The Death" karya Kurniasih Zaitun di Padangpanjang (2000)
  • Dramatisasi Puisi "Menjelang Hari Pemilu" karya Gunawan Muhammad di Padangpanjang (2000)
  • Pertunjukan "Orang-Orang Kasar" karya Anton P.Chekov di Padang Panjang (1999)

Menjadi Aktor:

  • Pembaca Cerpen "Surat untuk Guru(ku)" di Univ Andalas Padang" (2006)
  • Pertunjukan "Pintu"karya/ Sutradara Yusril di Taman Budaya Padang (2002)
  • Pertunjukan "Menunggu" karya/Sutradara Yusril di TAMAN Budaya Padang, Event Pertemuan Sastrawan Nusantara Tiga Negara Tetangga di INS Kayu Tanam Sumatra Barat, Taman Budaya Jambi, Balai Dang Merdu Riau, Pertemuan Teater Indonesia di Taman Budaya Pekan Baru Riau, STSI Padangpanjang, Teater Utan Kayu Jakarta dan Teater Luwes IKJ Jakarta (1997-2000)
  • Pertunjukan "Menanti Kasih di Ujung Tanduk" karya/ Sutradara Yusril di Fak Sastra Univ.Andalas Padang, SMKI Padang, STSI Padangpanjang (199)
  • Dramatisasi "Sembilu Darah" karya/Sutradara Yusril di Fak Sastra Univ Bung Hatta Padang (1997)

Menjadi Penulis:

  • Naskah Perempuan di Ruang Kerja
  • "tak ada yang sempurna di dunia, hanya DIA yang memiliki kesempurnaan itu. Maka nikmati apa yang telah dianugrahkan, apapun……."(2005)
  • Naskah The Song Of The Death"
  • "aku hanya mampu melihat, mendengar, dan menyaksikan…. .(2000)
  • Artikel "Jual Obat sebagai Teater alternativ" di Harian Mimbar Minang Padang (2000)
  • Artikel "Grotowsky dan Konsep Teater Melarat" di Booletin Teater Jur Teater STSI Padangpanjang (2000)
  • Puisi di Majalah Horison Jakarta (1996)

Non Teater:

  • Aktor Utama Film Indipendent "Sedikit Sekali Waktu Untuk Cinta" Sutradara Yusril Produksi Studio Hitam-Putih (2003)
  • Narator Film-film Dokumenter Produksi Studio Hitam Putih (2001- sekarang)
  • Pembaca Puisi, pada Event lokal dan nasional (1997- sekarang)

    Salam budaya,

Evi Widya Putri
Promotions and Media Relations
Komunitas Seni Hitam Putih
Sekretariat Jakarta
Jl. H. Samali no. 11 Pejaten Barat - Pasar Minggu
Jakarta Selatan

Monday, March 19, 2007

Pentas Seni VI DKSB: Lima Maestro Seni Akan Tampil

Lima film dokumentasi maestro seni Minang, yaitu almarhum Wakidi (maestro seni rupa), almarhum Yusaf Rahman (seni musik), Arby Samah (maestro seni patung), Sawir Sutan Mudo (maestro seni dendang tradisi Minang), dan Rusli Marzuki Saria (sastra) akan diputar dalam Pentas Seni VI Dewan Kesenian Sumatera Barat tanggal 22-24 Maret 2007 di Teater Tertutup Taman Budaya Provinsi Sumatra. Film itu berkisah tentang perjalanan karier berkesenian kelima maestro tersebut.

Ketua Umum Dewan Kesenian Sumatera Barat (DKSB) Ivan Adilla mengatakan, kelima maestro kesenian Minang selama ini luput dari perhatian. Padahal, tidak sedikit dedikasi mereka dalam memajukan serta menumbuh dan mengembangkan kesenian Minang sehingga maju sampai sekarang.

“Mereka sudah banyak berbuat untuk kesenian Minang, tetapi belum mendapatkan penghargaan yang pantas, yang semestinya sudah mereka terima sejak dulu. Oleh karena itu, dalam Pentas Seni VI DKSB kali ini, kelima maestro ini ditampilkan. Hadirnya maestro dalam Pentas Seni VI, tentu saja akan terasa sangat unik," katanya. Sejak tahun 2003, DKSB telah mendokumentasikan delapan orang maestro seni Minang. Sebelumnya adalah Inyiak Upiak Palatiang, Manti Menuik, dan Islamidar. Dan mereka dihadirkan pada Pentas Seni VI tahun 2005.

Ivan menjelaskan, pada pembukaan Pentas Seni VI, DKSB akan menghadirkan kelompok seni tradisi Gandang Tansa dari Nagari Sungai Batang-Agam. “Menurut Kasman R Sutan Pamuncak, Ketua Kesenian Anak Nagari Sungai Batang, pada pembukaan ini mereka akan tampil penuh. Lebih 70 orang pemain tambua dan dan tansa mahoyak Pentas Seni VI,” kata Ivan.

“Pak Gubernur sudah dipastikan akan membuka secara resmi Pentas Seni VI,” tambah Ivan.

Setelah pembukaan pada Kamis sore (22/03), malamnya berturut-turut akan tampil musik kontemporer Kelompok Minangpenthagong Ensambel Padang komposer Nurcholis, Prima Vista Bukittinggi komposer Yon Hendri, dan Sound of Poems (SOP) dari Kota Solo, Jawa Tengah. Juga pada malam yang sama, Pentas Seni VI akan dimeriahkan dengan seni tradisi randai Rambun Dunia dari Nagari Simarasok dan Siriah Langkok dari Koto Kaciak, keduanya dari Agam.

“Untuk Kelompok Minangpenthagong Ensambel Padang, komposer Nuscholis secara khusus akan menampilkan komposisi dari karya-karya alharmum Yusaf Rahman. Garapannya berupa orkestra,” jelas Ivan.

Pentas Seni VI yang berlangsung dari Kamis (22/03) sampai Sabtu, 24/03 pekan depan juga akan diisi dengan peluncuran buku puisi dan cerita randai, yaitu buku puisi Luka Pisau karya Adri Sandra, Tarian Angin karya Sondri BS, Sedekah Air Mata karya Asril Koto, dan Tigo Carito Randai karya Musra Dahrizal Katik. ***

Susunan Acara

PENTAS SENI VI DKSB

“Bersama dalam Seni”

Padang, 22-24 Maret 2007

PEMBUKAAN

Kamis, 22 MARET 2007

Pukul 16.00-18.00 WIB

  • · Sambutan Ketua Umum Dewan Kesenian Sumatra Barat

· Sambutan dan Pembukaan PENTAS SENI V oleh Gubernur Sumatra Barat

· Penyerahan buku Tigo Carito Randai, Tarian Angin, Sedekah Air Mata, dan Luka Pisau oleh Gubernur Sumatra Barat

· Pertunjukan Musik Tradisi Gandang Tansa Dari Nagari Sungai Batang-Maninjau-Agam

Di Teater Terbuka Taman Budaya Sumatra Barat

PENTAS SENI MALAM PERTAMA

Kamis, 22 MARET 2007

Pukul 20.00-22.00 WIB

Gedung Teater Tertutup Taman Budaya Sumatra Barat

  • Pemutaran Film Dokumenter Maestro Yusaf Rahman
  • Pertunjukan Musik oleh Minangpenthagong Ensambel

Judul karya: Overture Kaba si Pacar Merah dan aransemen

lagu-lagu Yusaf Rahman

Komposer & Konduktor: Nurkholis,S.Sn

· Randai Rambun Dunia Simarasok Baso-Agam

PENTAS SENI MALAM KEDUA

Jumat, 23 Maret 2007

Pukul 20.00-22.00 WIB

Gedung Teater Tertutup Taman Budaya Sumatra Barat

  • Pentas Musik Prima Vista Chamber Music Bukittinggi

Pemimpin Grup: Yon Hendri S.Sn., M.Hum

Judul Karya: Garapan Musik Populer dalam String Chamber Music

Komposer: Yon Hendri S.Sn., M.Hum

  • Pemutaran Film Dokumenter Arby Samah (Pematung)
  • Pemutaran Film Dokumenter Syawir Sutan Mudo (Pedendang Minangkabau)
  • Randai Siriah Langkok Nagari Koto Kaciak-Tanjung Raya-Agam

PENTAS SENI MALAM KETIGA

Sabtu, 24 Maret 2007

Pukul 20.00-22.00 WIB

Gedung Teater Tertutup Taman Budaya Sumatra Barat

  • Pemutaran Film Dokumenter Wakidi (Maesrto Perupa)
  • Pemutaran Film Dokumenter Rusli Marzuki Saria (Sastrawan)

Pentas Musik SOUND OF POEMS (SOP) KOTA SOLO, JAWA TENGAH Pemimpin Grup: Max Baihaqi Judul Karya: ARC

  • Baca Puisi oleh Asril Koto, Sondri BS, Adri Sandra, Rusli Marzuki Saria, dan lain-lain